MAKALAH
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Disusun Oleh : Kelompok XI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN KIMIA
2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Mengajar merupakan istilah kunci yang hampir tak
pernah luput dari pembahasan mengenai pendidikan karena keeratan hubungan
antara keduanya. Sebagian orang menganggap mengajar hanya sebagian dari upaya
pendidikan. Mengajar hanya salah satu cara mendidik, maka pendidikan pun dapat
berlangsung tanpa pengajaran. Sebagian orang lagi menganggap bahwa mengajar tak
berbeda dengan mendidik. Setiap kegiatan kependidikan hanya dapat dilakukan
oleh tenaga pendidik yang mempunyai wewenang mengajar, yakni guru atau dosen.
Meskipun hingga kini masih banyak orang yang bersikeras mempertahankan
ketidaksamaan antara mengajar dan mendidik, dalam kenyataan sehari-hari tidak
terdapat perbedaan yang tegas antara keduanya.
Pada dasarnya kemajuan pendidikan
salah-satunya tergantung dari apa yang dilakukan guru dalam pembelajaran di
kelas. Guru diharapkan mampu lebih mengembangkan profesionalisme dalam
membelajarkan siswa dalam fungsinya sebagai fasilitator pembelajaran. Dalam
menjalankan tugasnya sebagai penyaji pelajaran khususnya di kelas, guru tidak
hanya dituntut mentransfer pengetahuan atau isi pelajaran yang ia sajikan
kepada para siswanya melainkan lebih dari itu. Mengajar bahkan mengandung
konotasi membimbing dan membantu untuk meraih kecakapan cipta, rasa, dan karsa
yang menyeluruh dan utuh. Sudah tentu kecakapan-kecakapan seluruh ranah
psikologis tersebut tak bisa dicapai sekaligus tetapi berproses, setahap demi
setahap. Kita
yang nantinya akan menjadi tenaga pendidik harus memiliki kemampuan baik dalam
menyampaikan materi yang diajarkannya. Bila tidak maka yang terjadi adalah
peserta didik akan kurang maksimal mendapatkan ilmu yang dibutuhkan, tidak
menyukai mata pelajaran tersebut atau bahkan anda sendiri sebagai pengajar
tidak disukai.
Dari penjelasan diatas, seorang pendidik sangat
perlu mempelajari tentang arti penting mengajar, model dan metode yang efektif serta
strategi-strategi dalam mengajar. Hal tersebut sangat membantu pendidik untuk
mengembangkan dan mentransfer materi yang ingin disampaikan.
1.2 Rumusan
Masalah
Berbagai masalah yang
kami rumuskan dalam makalah ini adalah :
a.
Apakah arti
penting mengajar ?
b.
Apakah definisi
mengajar dan bagaimana contohnya ?
c.
Apa saja
pandangan-pandangan pokok mengenai mengajar ?
d.
Apa saja model dan
metode pokok mengajar ?
e.
Bagaimana
strategi mengajar dan apa saja tahapan-tahapan dalam proses mengajar ?
1.3 Tujuan
Tujuan dalam pembahasan
makalah ini adalah :
a.
Mengetahui arti
penting mengajar
b.
Mengetahui
definisi mengajar dan contohnya
c.
Mengetahui
pandangan-pandangan pokok mengenai belajar
d.
Mengetahui model
dan metode pokok mengajar
e.
Mengetahui
strategi dan tahapan-tahapan dalam proses mengajar.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
dan Arti Penting Mengajar
a. Definisi mengajar
menurut beberapa ahli
Pengertian umum dipahami orang terutama mereka yang awam dalam
bidang studi kependidikan, ialah bahwa mengajar itu merupakan penyampaian
pengetahuan dan kebudayaan kepada siswa. Dengan demikian tujuan hanya berada
sekitar pencapaian penguasaan siswa atas sejumlah pengetahuan dan kebudayaan.
Dari pengertian semacam ini timbul gambaran bahwa peranan dalam proses
pengajaran hanya dipegang guru, sedangkan peserta didik dibiarkan pasif.
Menurut
Tardif (1989) mendefinisikan mengajar adalah any action performed by an
individual (the teacher) with the intention of facilitating learning in another
individual (the learner), yang berarti mengajar adalah perbuatan yang
dilakukan seseorang (dalam hal ini pendidik) dengan tujuan membantu atau
memudahkan orang lain (dalam hal ini peserta didik) melakukan kegiatan belajar.
Kata the
teacher (guru) dan the learner (orang yang belajar)
dalam definisi Tardif itu semata-mata hanya sebagai contoh yang mewakili dua
individu yang sedang berinteraksi dalam proses pengajaran. Dari definisi tadi
juga ada interaksi antar individu seperti antara orangtua dengan anak atau
antara kiai dengan santri.
Nasution
(1986) berpendapat bahwa mengajar adalah suatu aktivitas mengorganisasi atau
mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak, sehingga
terjadi proses belajar. Lingkungan dalam pengertian ini tidak hanya ruang
kelas, tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan
sebagainya yang berhubungan dengan kegiatan belajar peserta didik.
Biggs
(1991) seorang pakar psikologi membagi konsep mengajar menjadi tiga macam
pengertian, yaitu sebagai berikut:
1. Pengertian kuantitatif
Dimana mengajar diartikan sebagai the transmission of knowledge,
yaitu penularan pengetahuan. Dalam hal ini guru hanya perlu menguasai pengetahuan bidang
studinya dan menyampaikan kepada siswa dengan sebaik-baiknya. Masalah berhasil
atau tidaknya siswa, bukan tanggung jawab pengajar.
2. Pengertian institusional
Yaitu
mengajar berarti the efficient orchestration of teaching skills, yakni penataan
segala kemampuan mengajar secara efisien. Dalam hal ini guru dituntut untuk siap
mengadaptasikan berbagai teknik mengajar terhadap siswa yang memiliki berbagai
macam tipe belajar serta berbeda bakat, kemampuan, dan kebutuhannya.
3. Pengertian kualitatif
Dimana
mengajar diartikan sebagai the facilitation of learning, yaitu upaya membantu
memudahkan kegiatan belajar siswa mencari makna dan pemahamannya sendiri.
Dari definisi mengajar oleh para pakar di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa mengajar adalah suatu aktivitas tersistem dari sebuah
lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling
berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga terjadi proses belajar dan
tujuan pengajaran tercapai.
Mengingat
tuntutan psikologis dan sosiologis yang tercermin dalam undang-undang negara
kita. Sudah selayaknya mengajar itu diartikan secara representatif dan
komprehensif dalam arti menyentuh segenap aspek psikologis peserta didik.
Kedudukan guru sudah tidak dapat dipandang sebagai penguasa tunggal dalam kelas
atau sekolah, tetapi dianggap sebagai manager of learning (pengelola belajar) yang
harus siap membimbing dan membantu para peserta didik dalam menempuh perjalanan
menuju kedewasaan mereka sendiri yang utuh dan menyeluruh.
b. Arti
Penting Mengajar
Banyak sekali para ahli menyebutkan pengertian tentang mengajar.
Tidak dapat dipungkiri bahwa mengajar mempunyai posisi yang sangat penting.
Bisa dikatakan bahwa mengajar sebuah penentuan dalam keberhasilan memenuhi
kebutuhan anak didik. Cara mengajar yang salah juga akan membuat kegagalan
pendidik dalam menyampaikan sebuah materi atau ilmu pengetahuan kepada peserta
didik. Contoh kasus yang dapat
diambil akhir-akhir ini adalah ramainya pemberitaan tentang tawuran antar
pelajar. Kenapa hal tersebut bisa terjadi, ini pasti ada yang tidak benar dalam
cara mengajar yang diterapkan kepada peserta didik tersebut. Melihat dari hal
itu, pendidik juga perlu meningkatkan dalam memahami setiap kemauan dan
kemampuan peserta didik agar bisa menyesuaikan cara mengajar yang dianggap
tepat dan baik.
Dalam
menjalankan tugasnya sebagai penyaji pelajaran khususnya di kelas, guru tidak
hanya dituntut mentransfer pengetahuan atau isi pelajaran yang disajikan kepada
para peserta didiknya melainkan lebih dari itu. Tapi guru juga harus membimbing
dan membantu untuk memudahkan siswa dalam menjalani proses perubahannya
sendiri, yaitu proses belajar untuk meraih kecakapan cipta, rasa, dan karsa
yang menyeluruh dan utuh. Seluruh ranah psikologis itu tidak dapat dicapai
secara langsung tetapi tetap ada prosesnya.
c. Contoh
Mengajar
Selaku pengelola kegiatan siswa, guru
sangat diharapkan menjadi pembimbing dan pembantu para siswa, bukan hanya
ketika mereka berada di dalam kelas melainkan ketika mereka berada di luar
kelas, khususnya apabila berada di lingkungan sekolah, seperti di perpustakaan,
laboratorium, dan lain sebagainya. Dalam hal menjadi
pembimbing, guru perlu mengaktualisasikan (mewujudkan) kemampuannya dalam
kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1) membimbing kegiatan para siswa; 2)
membimbing pengalaman belajar para siswa.
Membimbing kegiatan belajar para
siswa, khusunya ketika mengajar tidak hanya berceramah di muka kelas, tetapi
juga memberikan peluang seluas-luasnya kepada siswa untuk melakukan aktivitas
belajarnya. Sedangkan dalam membimbing pengalaman para siswa, guru dituntut
untuk menghubungkan mereka dengan lingkungannya. Hal ini penting karena dalam
pengalaman berinteraksi dengan lingkungannya itulah sesungguhnya para siswa
mengalami proses belajar.
Selanjutnya, selain membimbing, mengajar juga berati membantu siswa agar
berkembang dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Alhasil, kegiatan
mengajarkan sebuah materi pelajaran bukan semata-mata agar siswa menguasai
pengetahuan (materi) pelajaran tersebut lalu naik kelas, melainkan juga agar ia
memanfaatkan pengetahuan dan ketrampilannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.2 Pandangan-Pandangan
Pokok Mengenai Mengajar
Ada dua macam aliran pandangan yang
berbeda dalam melihat profesi mengajar. Yaitu aliran pertama yang menganggap
mengajar sebagai “ilmu” dan aliran kedua yang menganggap mengajar sebagai “seni”.
a. Mengajar sebagai ilmu
Guru merupakan sosok pribadi manusia yang
sengaja dibangun untuk menjadi tenaga profesional yang memiliki pengetahuan dan
kemampuan tinggi dalam dunia pendidikan yang berkompeten untuk melakukan tugas
mengajar.
Siapa pun orangnya, asal ia memiliki
pengetahuan dan kemampuan tinggi dalam bidang ilmu pendidikan akan mampu
melakukan perbuatan mengajar dengan baik. penguasaan seorang guru terhadap
materi pelajaran bidang tugasnya penting juga.akan tetapi yang lebih penting
adalah penguasaannya atas ilmu-ilmu yang berhubungan dengan tugas mengajarnya.
Oleh sebab itu, untuk memahami sekaligus menerapkan
sebuah teori proses mengajar, guru hendaknya pandai-pandai menyimpan perasaan
dan harapan emosional dalam tempat penyimpanan yang dingin. Kemudian hendaknya
ia berusaha menghadapi kenyataan dengan akal terbuka. Meskipun guru harus
berani menghadapi kenyataan, ia tidak perlu mengorbankan diri menjadi hamba
sahaya kenyataan itu sendiri.
Aliran ini menimbulkan konotasi bahwa seseorang yang
dikehendaki menjadi guru, misal oleh orangtuanya sendiri, akan dapat
menjadi guru yang baik asal ia didik di sekolah atau fakultas keguruan.
Menurut teori John Locke (1632-1704) perkembangan
klasik yang disebut empirisme yaitu pembawaan dan bakat yang diturunkan
oleh orang tua tidak berpengaruh apa-apa terhadap perkembangan kehidupan
seseorang, karena pada dasarnya setiap manusia pasti lahir dalam keadaan
kosong. Hendak menjadi apa manusia itu kelak setelah dewasa, tergantung
pada lingkungan dan pengalamannya, terutama lingkungan dan pengalaman
belajarnya. Jadi, seorang anak manusia yang memperoleh peluang yang baik untuk
belajar ilmu pendidikan/keguruan, tentu ia akan menjadi seorang guru yang professional
dalam mengajar, bukan menjadi petani walaupun kedua
orangtuanya petani sejati.
b. Mengajar sebagai seni
Sebagian ahli lainnya memandang bahwa
mengajar adalah seni (art), bukan
ilmu. Karena tidak semua orang berilmu (termasuk orang yang berilmu pendidikan)
bisa menjadi guru yang piawai dalam hal mengajar.
Untuk menjadi seorang guru yang
profesional , orang harus belajar dan berlatih di lingkungan instansi
pendidikan keguruan selam bertahun-tahun. Namun, kenyataannya dalam mengajar
terdapat faktor tertentu yang abstrak dan hampir mustahil dipelajari.
Contohnya, seorang guru agama atau bahkan terlanjur
berpredikat seorang ulama yang sama sekali tidak menarik dan membosankan ketika
ia berceramah mengenai masalah keagamaan. Namun sebaliknya, ada pula seorang
seorang pelajar madrasah diniyah yang hanya berpredikat santri biasa dan tidak
pernah mengikuti sekolah keguruan tetapi ternyata berhasil menjadi guru agama
yang baik. Santri itu cukup piawai dalam mentransfer pengetahuan, sikap, dan keterampilannya
kepada murid-muridnya. Setiap mengajar, ia selalu berpenampilan menarik dan
selalu berbeda dalam gaya dan cara penyampaian aneka ragam pokok bahasan
pelajaran yang menjadi tugasnya. Sehingga murid-muridnya tidak pernah merasa
bosan atau terpaksa mengikuti proses belajar yang dipimpin oleh “guru santri”
itu.
Berdasarkan kenyataan yang ada, maka cukup kuatlah
aliran yang memandang bahwa mengajar adalah seni, dan kecakapan mengajar yang
notabene artistic itu hanya dimiliki oleh orang-orang yang berbakat. Dengan
demikian, menurut aliran ini seseorang dapat mengajar dengan baik semata-mata
karena bakat yang dimilikinya. Dengan kata lain, orang itu menjadi guru
(yang kompeten dan profesional) karena ia telah ditakdirkan lahir sebagai
seorang guru.
Selain itu mengajar secara ilmiah (scientific teaching) juga tidak akan
pernah memadai selama guru dan sisiwa masih sama-sama berstatus manusia yang
tentu memiliiki perasaan dan nilai di luar jangkauan ilmu. Mengajar menurut
guru besar sastra Gilbert Hight….teaching
is an art, not a science yakni mengajar adalah sebuah seni, bukan
sebuah ilmu itu seperti membangkitkan reaksi kimiawi, melainkan seperti
menggambar sebuah lukisan, atau menata sebuah musik, atau menanami kebun bunga,
atau menulis sepucuk surat yang bersahabat. Ilmu memang perlu, namun dalam mengajar seperti kegiatan tadi,
memerlukan lebih banyak seni (art)
daripada ilmu (science).
c. Perbandingan aliran mengajar sebagai ilmu dengan aliran mengajar
sebagai seni
Ailran yang menganggap mengajar sebagai
ilmu itu sama dengan gagasan sekelompok orang yang berusaha meyakinkan kita
bahwa guru-guru itu dibangun bukan dilahirkan. Aliran ini sama dengan aliran
empirisme yang melahirkan “optimisme
pedagogis” yang terlalu mendewa-dewakan lingkungan dan mengabaikan potensi
psikologis pembawaan manusia. Sedangkan aliran yang menganggap mengajar sebagai
seni yang lebih mengacu pada bakat sejak lahir tak berbeda dengan gagasan bahwa
para guru itu dilahirkan bukan dibangun atau dibuat. Dalam hai ini seseorang
menjadi guru yang baik atau guru yang buruk bukan karena hasil belajarnya
melainkan karena potensinya yang ia bawa sejak lahir. Aliran pandangan ini sama
dengan aliran nativisme yang melahirkan “pesimisme
pedagogis” yang mengesampingkan arti penting upaya pendidikan.
Untuk menjadi guru yang kompeten, orang perlu
belajar dan berlatih secara sungguh-sungguh selama kurun waktu tertentu. Akan
tetapi, kenyataannya tidak semua orang (mahasiswa) yang mengikuti pendidikan
dan pelatihan keguruan berhasil mencapai kinerja akademik keguruan yang
memadai, meskipun mereka telah menunjukkan usaha yang terkadang melebihi rekan
sejawatnya yang ternyata lebih berhasil.
Ada beberapa kemungkinan mengapa mahasiswa yang
berkinerja tidak memuaskan tersebut bisa muncul:
1. Mungkin
upaya dan strategi mereka dalam belajar tidak tepat dengan tuntutan bidang
studi kependidikan, padahal secara umum mereka memiliki potensi kognitif yang
memadai.
2.
Ada kemungkinan
masuknya mahasiwa yang tidak memuaskan tersebut ke fakultas keguruan hanya
karena terpaksa atau karena pelarian (tidak diterima di fakultas lain yang
menjadi cita-cita dan sesuai dengan jenjang pendidikan menengahnya).
Hasil antara mengajar sebagai ilmu dengan mengajar
sebagai seni itu terdapat benang merah yang membuat keduanya saling terikat dan
saling mempengaruhi satu sama lain. Dengan demikian, hubungan bakat keguruan
dengan proses belajar yang sesuai dengan bakat itu, ibarat hubungan antara dua
sisi mata uang logam yang berfungsi saling melengkapi.
2.3 Model
dan Metode Pokok Mengajar
a. Model Pokok Mengajar
Untuk mengatasi beberapa
problematika dalam pelaksanaan pembelajaran, tentu diperlukan model-model
mengajar yang dipandang mampu mengatasi kesulitan guru dalam melaksanakan tugas
mengajar dan kesulitan peserta didik dalam belajar. Model dapat diartikan
sebagai suatu tipe atau desain yang digunakan untuk proses visualisasi dalam
penyampaian materi seorang guru kepada peserta didik.
Kumpulan atau set model yang dianggap
komprehensif, menurut Tadrif (1989) adalah set model yang dikembangkan oleh
Brunce Joyce dan Marsya Weil dengan kategorisasi sebagai berikut :
1.
Model
Information Processing ( Tahap Pengolahan Informasi)
Information Processing adalah
istilah kunci dalam psikologi kognitif
yang akhir-akhir ini semakin mendominasi sebagian besar upaya riset dan
pembahasan psikologi pendidikan. Kata informasi processing digunakan untuk
menjelaskan bagaimana cara individu memberi respon yang matang dari
lingkungannya dengan cara mengoperasikan pengetahuan dan mengelolah informasi
yang dilestarikan dari peristiwa yang ada dilingkungan sekitarnya, seperti
suara atau kata, gerakan benda, gambar dan sebagainya.
2.
Model Personal (Pengembangan Pribadi)
Model Personal merupakan rumpun model pembelajaran
yang menekan pada proses mengembangkan kepribadian individu siswa dengan
memperhatikan kehidupan emosional. Model personal ini lebih ditekankan
pada pembentukan dan perorganisasian realitas kehidupan lingkungan dan
kehidupan yang khas/unik.
3. Model
Sosial (Hubungan Kemasyarakatan)
Model Sosial adalah merupakan model mengajar yang
menitik beratkan pada proses interaksi antar individu yang terjadi dalam
kelompok individu tesebut. Oleh karena itu, rumpun mouel ini lazim disebut
sebagai interactive model (model yang berisifat hubungan
antar-individu).
4. Model
Behavioral (Pengembangan Prilaku)
Model Behavioral adalah tingkat dan karakteristik
perilaku siswa yang telah dimilikinya pada saat akan memasuki kegiatan
belajar-mengajar. Model system perilaku dalam pembelajaran ini dibangun
atas dasar kerangka teori perubahan perilaku, melalui teori ini siswa dibimbing
unuk dapat memecahkan masalah belajar melalui penguraian perilaku ke dalam
jumlah yang kecil dan berurutan.
b. Metode
Pokok Mengajar
Metode secara harfiah berarti “cara”. Dalam pemakaian umum, metode
diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan
dengan menggunakan fakta dan konsep secara sistematis. Dalam dunia psikologi,
metode berarti prosedur sistematis (tata cara yang berurutan) yang biasa
digunakan untuk menyelidiki gejala-gejala kejiwaan seperti metode klinik,
metode eksperimen, dan sebagainya.
Selanjutnya,
yang dimaksud dengan metode mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku
untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi
pelajaran kepada siswa.
Metode mengajar berbeda dengan strategi mengajar (teaching strategy).Metode belajar tidak berhubungan langsung dengan
hasil belajar yang dikehendaki. Metode merupakan konsep yang lebih luas
cakupannya dibanding dengan strategi. Strategi mengajar itu terangkum dalam
metode mengajar. Contoh : Metode ceramah yang digunakan guru , strategi untuk
mendapatkan perhatian murid-muridnya ia dapat menyampaikan dengan lucu atau
sedih.
Ada
lima macam metode mengajar yang dipandang penting dan dominan dalam arti
digunakan secara luas sejak dahulu hingga sekarang pada setiap jenjang
pendidikan formal. Tiga dari empat metode mengajar tersebut bersifat khas dan
mandiri, sedangkan yang lainnya merupakan kombinasi antara satu metode dengan
metode lainnya. Metode campuran ini disebut metode plus, bersifat terbuka
artinya setiap guru yang professional dan kreatif dapat memodifikasi atau merekayasa
campuran metode tersebut sesuai dengan kebutuhan.
Metode-metode pokok
tersebut adalah:
1.
Metode
ceramah
Yaitu
sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara
lisan kepada sejumlah siswa yang pada umumnya mengikuti secara pasif. Metode ceramah adalah
sebuah cara melaksanakan pengajaran yang dilakukan guru secara monolog dan
hubungan satu arah. Sampai saat ini metode ini masih
dipergunakan. Hal ini dapat dimaklumi karena metode ini paling mudah dilakukan
dan secara ekonomis menguntungkan. Banyak guru yang belum merasa puas jika
belum memberikan penjelasan secara langsung kepada murid-murid. Begitupun para
siswa ,merasa belum belajar dan memahami materi jika tidak mendengarkan
penjelasan guru secara langsung.
Metode
ceramah dapat dikatakan sebagai satu-satunya metode yang paling ekonomis untuk
menyampaikan informasi. Metode ini juga dipandang paling efektif dalam
mengatasi kelangkaan literatur atau rujukan yang sesuai dengan jangkauan daya
beli dan daya paham siswa.
a. Kelebihan dan kelemahan metode
ceramah
1. Ceramah merupakan
metode yang murah dan mudah untuk dilakukan. Murah dimaksud adalah metode
ceramah tidak memerlukan peralatan yang lengkap. Sedangkan mudah karena ceramah
hanya mengandalkan suara guru.
2. Ceramah dapat menyajikan materi yang luas.
Artinya, guru dapat merangkum dan menjelaskan pokok-pokoknya dari materi
pelajaran yang banyak dalam waktu yang singkat.
3. Ceramah dapat memberikan pokok-pokok materi
yang perlu ditonjolkan.
4. Guru dapat mengontrol keadaan kelas,karena
sepenuhnya kelas merupakan tanggungjawab guru yang memberikan ceramah.
5. Organisasi kelas dapat diatur menjadi lebih
sederhana.
Disamping kelebihan diatas, ceramah juga memiliki beberapa
kelemahan, yaitu:
1. Materi yang dikuasai
siswa sebagai hasil dari ceramah akan terbatas pada apa yang dikuasai guru.
2. Ceramah yang tidak
disrtertai peragaan dapat mengakibatkan verbalisme.
3. Guru yang kurang
memiliki kemampuan bertutur yang baik, ceramah sering dianggap sebagai metode
yang membosankan.
4. Melalui ceramah,
sangat sulit untuk mengetahui apakah seluruh siswa sudah mengerti apa yang
dijelaskan atau belum.
b. Langkah-langkah menggunakan metode ceramah
1. Tahap persiapan
· Merumuskan tujuan yang
ingin dicapai.
· Menentukan pkok-pokok
materi yang akan diceramahkan.
· Memrsiapkan alat
bantu.
2. Tahap pelaksanaan
· Langkah pembukaan.
· Langkah penyajian.
· Langkah mengakhiri
atau menutup ceramah.
Kelebihan:
· Murah
dan mudah.
· Materi yang
banyak dapat dijelaskan guru dalam waktu singkat.
· Guru
dapat dengan mudah mengusai kelas
· Guru dapat
menjelasakan dengan menonjolkan bagian-bagian yang
penting.
Kelemahan :
· Membuat
siswa pasif
· Mengandung
unsur paksaan kepada siswa
· Menghambat
daya kritis siswa
Usaha
mengefektifkan metode ini
· Guru
menguasai materi dengan baik
· Menggunakan
berbagai alat peraga
· Mengkombinasikan
dengan metode metode lain
· Menguasai
tekhnik-tenik didaktif dalam penceramahan.
2. Metode
diskusi
Metode
diskusi yaitu cara penyajian pelajaran di mana siswa-siswa dihadapkan kepada
suatu masalah yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat
problematic untuk dibahas dan dipecahkan bersama.
Kelebihan :
· Merangsang
kreativitas siswa
· Membiasakan
siswa bertukar pikiran dengan yang lain
· Keterampilam
menajikan pendapat, memertahankan pendapat, menghargai dan menerima pendapat
orang lain serta bersikap demokratis
· Cakrawala
berpikir menjadi lebih luas Kelemahan
· Memerlukan
waktu yang lama
· Diskusi
hanya dipegang 2-3 oarang yang telah terbiasa dan terampil mengemukakan
pendapat
· Pembahasan
dapat meluas dan mengambang sehingga sasaran pemecahan
masalah pokok tidak tercapai
· Dapat
memicu konflik akibat perbedaan pendapat yang emosional
Upaya mengefektifkan diskusi
· Masalah
yang dikemukakan harus controversial
· Guru
menempatkan didrinya sebagai pemimpin diskusi
· Guru
memperhatikan jalannya diskusi
Jenis-jenis diskusi
a. Diskusi Formal : Memakai
aturan-aturan yang resmi dalam berdiskusi.Ada notulen. Moderator, dan penyaji.
Biasanya melibatkan seluruh kelas.
b. Diskusi Informal :
Diskusi tidak resmi.Tanpa aturan-aturan yang baku. Biasanya hanya berupa
kelompok kecil.
c. Diskusi
Panel
: Diskusi yang terdiri dari peserta aktif dan peserta pasif. Peserta aktif
langsung melibatkan diri dalam diskusi.Peserta pasif tidak.
d. Diskusi
Simposium : Sama dengan iskusi lain,hanya saja dalam
diskusi ini masalah dapat disajikan oleh seorang penyaji atau lebih.
3. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah cara penyajian
pelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi
atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik sebenarnya ataupun tiruan yang
sering disertai dengan penjelasan lisan.
Kelebihan :
· Pengajaran
menjadi lebih jelas dan lebih konkret
· Siswa
lebih mudah memahami apa yang diajarkan
· Proses
pengajaran lebih menarik
· Siswa
dirangsang untuk aktif
· Menjadikan
hasil belajar yang lebih mantap dan permanen
Kelemahan:
· Memerlukan
keterampilan guru secara khusus
· Fasilitas
dan biaya yang mahal
· Memerlukan
waktu yang panjang.
Upaya mengefektifkan metode demonstrasi
· Kerjasama
pihak sekolah dengan kalangan bisnis dan industry untuk mendapatkan
sumbangan peralatan
· Pelatihan
guru dalam meningkatkan keterampilannya
4. Metode ceramah plus
Metode ceramah masih dianggap metode yang
relevan dengan pembelajaran sampai sekarang. Hanya saja harus dikombinasikan
dengan metode-metode lain agar sesuai dan efektif dalam proses
pembelajaran.
Tiga macam metode ceramah plus menurut Muhibbin Syah
a) Metode
ceramah plus Tanya jawab dan tugas
Implementasi dari metode ini yaitu :
· Penyampaian
uraian materi oleh guru
· Pemberian
peluang Tanya jawab antara guru dan siswa
· Pemberian
tugas kepada siswa
b) Metode
ceramah plus diskusi dan tugas
Implementasi
metode ini yaitu :
· Guru
menguraikan materi pelajaran
· Mengadakan
diskusi
· Memberikan
tugas
c) Metode
ceramah plus demonstrasi dan latihan
Implementasi
dari metode ini yaitu :
· Penyampaian
materi oleh guru
· Melakukan
demonstrasi
· Penyelenggaraan
latihan materi yang telah didemonstrasika
Pada
dasaranya metode pokok yang digunakan dalam mengajar adalah sama. Hanya
saja metodologi yang kita gunakan harus berbeda , dalam menghadapai objek (
siswa ) yang berbeda maupum materi pelajaran yang berbeda. Metodologi
Mengajar siswa SD tidak sama dengan siswa SMP, mengajar akidah akhlak
berbeda dengan mengajar geografi.
Metode
mengajar Anak-anak
1.
Ceramah
Ceramah
pada anak –anak yang notabenenya masih suka bermain dan tidakmemperhatikan
guru harus dilakukan menarik. Misalnya anak-anak duduk melingkar dan guru ada
di tengah lingkaran. Penyamapian harus menarik agar perhatian anak dapat
terpusat ke guru
2.
Diskusi
Diskusi
anak-anak tentu berbeda dengan para mahasiswa. Metodologi yang dapat digunakan
misalnya anak disuruh bercerita tentang cita-citanaya di depan kelas, kemudian
teman-teman boleh menanyakan kepada pencerita itu. Saya rasa inilah contoh
diskusi pada anak-anak.Mereka
mendiskusikan hal-hal yang konkret .
3.
Demonstrasi
Metodolgi
yang digunakan dalam netode ini misalnya.Dalam menunjukkan bangun bangun pada
mata pelajaran matematika. Guru menunjukkan balok. Dan cara memasukkan
balok–balok ke tempatnya. Lalu anak-anak menirukan apa yang dilakukan guru.
2.5 Strategi dan Tahapan
Mengajar
a. Strategi mengajar
Strategi mengajar didefinisikan sebagai
sejumlah langkah yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan
pengajaran tertentu. Sebuah strategi mengajar dapat berlaku umum bagi semua
guru bidang studi selama orientasi sasannya sama. Misalnya
dengan penyajian kisah-kisah dramatis sebagai selingan ceramahnya. Strategi
mengajar tidak terlepas dari metode mengajar, karena merupakan kiat praktis
yang dipakai guru untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu dengan metode
mengajar tertentu pula seperti metode ceramah, metode ceramah plus, dan
sebagainya.
Menurut Newman dan Mogan, strategi
dasar setiap usaha meliputi empat masalah masing-masing:
1. Pengidentifikasian dan
penetapan sesifikasi dan kualifikasi hasil yang harus dicapai dan menjadi
sasaran usaha tersebut dengan mempertimbangkan aspirasi masyarakat yang
memerlukannya
2. Pertimbangan
dan pemilihan pendekatan utama yang ampuh untuk mencapai sasaran
3. Pertimbangan dan
penetapan langkah-langkah yanga ditempuh sejak awal sampai
akhir
4. Pertimbangan
dan penetapan tolok ukur dan ukuran baku yang akan digunakan untuk menilai keberhasilan usaha-usaha yang
dilakukan.
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran modern
terdapat cukup banyak strategi yang khusus dirancang untuk mengajar dengan
materi tertentu hingga mencapai kecakapan yang diinginkan. Diantara macam-macam strategi mengajar/ pembelajaran yang
sering digunakan tenaga pendidik untuk mengajar adalah:
1. Strategi Mengajar SPELT
Strategi ini berdasarkan strategi kognitif yang
relatif masih aktual. Strategi ini bernama strategy program for effective
learning/ teaching disingkat SPELT. Strategi ini
sengaja direkayasa untuk memperbaiki dan meningkatkan efektivitas belajar
dan berfikir siswa, terutama yang menduduki kelas akhir sekolah dasar dan
kelas-kelas sekolah menengah. Secara eksplisit tujuan strategi ini ialah
membuat siswa menjadi:
a. Penuntut
ilmu yang aktif sebagai pemikir dan pemecah masalah
b. Penuntut ilmu
yang mandiri, memiliki rencana dan strategi sendiri yang efisien dalam
mendekati belajar
c. Penuntut
ilmu yang lebih sadar dan lebih mampu dalam mengendalikan proses berpikirnya
sendiri (metacognitive awareness).
Dalam melaksanakan strategi SPELT, guru perlu
mengikuti tiga macam langkah panjang dan terpisah dalah arti mengambil waktu
yang berbeda tetapi berurutan.
1. Direct
strategy instruction (pengajaran dengan strategi langsung)
2. Teaching
for transfer ( mengajar untuk mentransfer strategi)
3. Generating
elaborative strategies (pembangkitan strategi belajar siswa yang luas dan
rinci)
Langkah-langkah ini dapat diberlakukan untuk semua
program pengajaran, khususnya program pengajaran yang pelaksanaannya
menggunakan metode ceramah, ceramah campuran/ ceramah plus.
2. Pembelajaran Direct
Instruction (Pembelajaran Langsung/ Metode Exspositori)
Berbeda dengan metode ceramah, dalam
metode ekspositori dominasi guru banyak dikurangi. Guru tidak terus bicara,
tapi hanya memberi informasi kepada bagian atau saat-saat diperlukan.
Namun pembelajaran ini berpusat pada guru, tetap tetap menjamin terjadinya
keterlibatan siswa. Metode ini dirancang untuk menunjang proses belajar siswa
yang berkenaan dengan pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan mengenai
bagaiman orang melakukan sesuatu.
Fase-fase
pada model pembelajaran langsung adalah:
1) Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa
2) Mendemonstrasikan
pengetahuan dan ketrampilan
3) Membimbing
pelatihan
4) Mengecek
pemahaman dan memeberikan umpan balik
5) Memberikan
latihan dan penerapan konsep.
Beberapa
keuntungan dari strategi pembelajaran langsung:
1) Dapat
mengontrol isi dan urutan informasi yang diterima siswa, sehingga kita dapat
mencapai fokus hasil yang dicapai siswa
2) Dapat
digunakan secara efektif di kelas besar maupun kecil
3) Pembelajaran
ini menekankan pada pendengaran dan observasi, keduanya dapat membantu siswa
yang suka belajar dengan cara ini
4) Guru dapat
menguasai seluruh arah kelas. Dalam hal ini guru dapat menentukan arah dengan
jalan menetapkan sendiri apa yang akan dibicarakan
5) Oraganisasi
kelas sederhana.
Beberapa keterbatasan dari strategi pembelajaran
langsung:
a) Agak berat
bagi siswa untuk mengasimilasi informasi melalui mendengar, observasidan
mencatat (note-taking), karena tidak semua siswa mempunyai ketrampilan ini
b) Sangat susah
melayani perbedaan individu antara siswa, pengetahuan awal, tingkat pemahaman,
gaya belajar, atau minat belajar selama pembelajaran
c) Pembelajaran
ini sangat tergantung dari gaya berkomunikasi oleh guru. Komunikasi yang kaku
cenderung menghasilkan pembelajaran pembelajaran pasif
d) Murid kurang aktif
dan lebih banyak mengharapkan bantuan guru
e) Murid kurang
diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
Aspek
kunci agar pembelajaan ini efektif:
1) Katakanlah
pada siswa bahwa belajarlah apa yang mampu dipelajari
2) Sajikan
materi pelajaran secara urutan logis
3) Berikan
contoh yang tepat saat menjelaskan
4) Jelaskan
kembali segala sesuatu jika siswa mendapatkan kebingungan
5) Jelaskan
arti dari istilah-istilah baru
6) Jawablah
pertanyaan siswa sampai mereka puas.
Biasanya strategi ini
dipakai di sekolah menengah atas atau perguruan tinggi.
3.
Diskusi sebagai suatu Strategi Pembelajaran
Adalah suatu proses tatap muka interaktif
dimana siswa menukar ide tentang persoalan dalam rangka pemecahan masalah,
menjawab suatu pertanyaan, meningkatkan pengetahuan dan pemahaman, atau membuat
keputusan. Dalam diskusi siswa dituntut untuk selalu
aktif berpartisipasi siswa dilatih berpikir kritis, siap mengemukakan
pendapat secara tepat, berpikir secara objektif, dan menghargai pendapat orang
lain.
Beberapa
keuntungan dari penggunaan Diskusi:
a) Memaksa anak
untuk berbicara dengan bahasa yang baik, belajar mengemukakan pendapat dengan
tepat dalam waktu relatif singkat, dan belajar menanggapi pendapat orang lain
secara benar
b) Berlati
memecahkan masalah
c) Lebih efektif
dalam mengubah sikap siswa dibanding dengan ceramah, siswa menjadi aktif,
lebih mengerti, kreatif, berfikir kritis dan objektif
d) Diskusi membangun
kemampuan siswa untuk menganalisiskan isi pelajaran, mengungkapkan ide secara
lisan, dan berfikir ke depan (Fergusson, 1977)
e) Dapat
menghasilkan aktivitas belajar yang lebih dinamis, dibanding strategi lain. Ini
terjadi karena mereka mampu mengkonstruk atau mengkonstruk kembali pengetahuan
dengan cara mereka sendiri
f) Dapat
membangkitkan ide baru atau menghasilkan pnyelesaian yang asli.
Beberapa keterbatasan diskusi:
1) Diskusi
tidak mungkin produktif kalau siswa tidak mempersiapaka diri dengan baik, dan
ini biasanya syarat untuk mulai diskusi
2) Beberapa siswa
mungkin enggan mengeluarkan ide atau pendapatnya. Mereka cenderung menurut
3) Diskusi
kelompok dapat memudahkan seseorang berkompetisi secara emosional dan ini akan
menyulitkan pemimpin diskusi
4) Beberapa siswa
mungkin akan mengeluarkan pendapat yang tidak sesuai dengan alur diskusi, atau
beberapa siswa mungkin terlalu banyak berbicara dan cenderung merendahkan orang
lain.
Strategi
ini sering digunakan di sekolah menengah pertama sampai perguruan tinggi.
4. Penggunaan Small-Group Work
sebgai suatu Strategi Pembelajaran
Apa itu Group-Work (kerja kelompok)? Suatu
waktu kamu pernah menyuruh siswa bekerja bersama-sama dalam suatu kelompok,
dari pada kamu menjelaskan persoalan ini kepada seluruh kelas (klasikal). Hal
ini dapat dikatakan bahwa kamu telah menggunakan group work (Killen, 1998).
Keberhasilan
group work tergantung dari banyak faktor yang tentu dapat membantu diskusi
kelas, misalnya:
1) Fokus
pembelajaran bagi siswa harus jelas
2) Persiapan
siswa harus memadai
3) Bimbingan
guru pada siswa harus jelas
4) Arahan,tapi
tidak intervensi oleh guru
5) Monitoring
dan feedback oleh guru
6) Pengaturan
waktu yang bagus dan kesimpulan yang logis
Kalau digunakan secara efektif, strategi ini banyak
keuntungannya dibandingkan dengan pembelajaran langsung, diskusi dalam kelompok
besar, (klasikal) dan bekerja secara individual, antara lain:
a) Group work
memperbolehkan merubah materi pelajaran sesuai latar belakang perbedaan antar
group. Hal ini bertujuan untuk mengadaptasi kebutuhan siswa, minat, dan
kemampuan tanpa memperhatikan perbedaan antar siswa
b) Group work
mendorong siswa untuk secara verbalisme mengungkapakan idenya, dan ini dapat
membantu mereka memahami materi pelajaran
c) Beberapa siswa
akan sangat efektif ketika menjelaskan idenya pada yang lain, dalam bahasa yang
mudah mereka mengerti. Ini dapat membantu pemahaman bagi anggota group untuk
ketuntasan materi pelajaran
d) Group work
memberikan kesempatan kepada seluruh siswa untuk menyumbangkan ide dan
menuntaskan materi dalam suasana lingkungan yang aman dan nyaman
e) Group work
melibatkan siswa secara aktif dalam belajar dan ini dapat meningkatkan prestasi
mereka serta retensi (Peterson, 1981)
f) Group
work membantu siswa belajar menghormati siswa lain, baik yang pintar maupun
yang lemah dan bekerja sama satu dengan lainnya.
Beberapa
keterbatasannya:
1) Siswa
harus belajar bagaimana belajar dalam lingkungan
2) Beberapa siswa
mungkin pada awalnya mendapatkan kesulitan seperti yang dialami anggota group
lainnya (mungkin karena mereka tidak populer atau berbeda antara satu anggota
dengan anggota lainnya dalam group)
3) Seandainya
dimonitoring interaksi siswa dalam setiap group, beberapa siswa akan
menghabiskan waktu diskusi dengan persoalan yang tidak relevan
4) Beberapa siswa
lebih suka belajar secara langsung dan tidak senang ketika guru menyuruh mereka
untuk ”mengajar sesama mereka”
5) Beberapa guru
merasa tidak mudah mengontrol semua siswanya dalam group
Karena membutuhkan pemahaman yang lebih mendalam,
strategi ini banyak digunakan di sekolah menengah atas dan perguruan tinggi.
5. Penggunaan Co-Operative Learning sebagai suatu Strategi Pembelajaran
Merupakan model pembelajaran yang mengutamakan kerja
sama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran kooperatif
dapat menciptakan saling ketergantungan antar siswa, sehingga sumber belajar
bagi siswa bukan hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa.
Ciri-ciri
pembelajaran kooperatif adalah:
1. Siswa
belajar dalam kelompok kecil, untuk mencapai ketuntasan belajar
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang
memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah
3. Diupayakan agar dalam setiap kelompok
siswa terdiri dari suku, ras, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda
4. Pengahargaan
lebih diutamakan pada kerja kelompok dari pada individual.
Terdapat beberapa pendekatan dalam belajar Cooperative learning yaitu Student Team Achievement Divisions (STAD), Team-Games-Tournaments (TGT), Jigsaw, Group Investigation (GI),
dan Dyadic.
Beberapa
keuntungan dari penggunaan Co-Operative
Learning sebagai suatu Strategi Pembelajaran adalah:
1) Co-Operative Learning mengajarkan
siswa menjadi percaya pada guru dan lebih percaya pada guru dan lebih percaya
lagi pada kemampuan sendiri untuk berpikir, mencari informasi dari sumber lain,
dan belajar dari siswa lain
2) Co-Operative Learning mendorong
siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide
temannya. Ini secara khusus bermakna ketika dalam proses pemecahan masalah
3) Co-Operative Learning membantu
siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa lemah serta menerima dan
saling menghargai perbedaan ini
4) Co-Operative Learning suatu
strategi efektif bagi siswa untuk mencapai hasil akademik dan sosial
termasuk meningkatkan prestasi, percaya diri, dan hubungan interpesonal positif
antara satu siswa dengan yang lain, meningkatkan ketrampilan manajemen waktu
dan sikap positif terhadap sekolah
5) Co-Operative Learning meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif.
Sedangkan beberapa
keterbatasannya ialah:
a) Beberapa siswa
mungkin pada awalnya segan mengeluarkn ide, takut dinilai temannya dalam group
b) Tidak semua
siswa secara otomatis memahami dan menerima philosophy Co-Operative
Learning. Guru banyak tersita waktu untuk mensosialisasikan siswa
belajar dengan cara ini
c) Penggunaan Co-Operative Learning harus sangat
rinci melaporkan setiap penampilan siswa dan tiap tugas siawa, dan banyak
menghabiskan waktu menghitung hasil prestasi group
d) Meskipun kerja sama
sangat penting untuk ketuntasan belajar siswa, banyak aktivitas kehidupan
didasarkan pada usaha individual. Namun siswa harus belajar menjadi percaya
diri. Itu susah untuk dicapai karena memiliki latar belakang berbeda
e) Sulit
membentuk kelomok yang solid yang dapat bekerja sama dengan secara harmonis
f) Penilaian
terhadap murid sebagai individu menjadi sulit karena tersembunyi dibelakang
kelompok.
Strategi ini bisa digunakan dalam mengajar siswa
pada tingkatan manapun, tergantung jenis strategi yang digunakan. Baik dari
tingkat dasar maupun tingkat atas.
6. Penggunaan Problem Solving sebagai suatu Strategi
Pembelajaran
Menurut Gagne (1996) problem solving atau pemecahan masalah adalah tipe belajar yang
tingkahnya paling tinggi dan kompleks dibandingkan dengan tipe belajar
lainnya. Ciri-ciri pokok problem solving adalah:
a) Siswa
bekerja secara individual atau dalam kelompok kecil
b) Tugas yang
diselesaikan adalah persoalan realistik untuk dipecahkan, namun lebih disukai
soal yang memiliki banyak kemungkinan jawaban
c) Siswa
menggunakan beberapa pendekatan belajar
d) Hasil
pemecahan masalah didiskusikan antara semua siswa.
Strategi ini banyak dipraktekkan pada siswa sains,
terutama untuk pelajaran matematika.
7. Penggunaan Strategi
Think-Talk-Write sebagai suatu Strategi Pembelajaran
Suatu strategi pembelajaran yang diharapkan dapat
menumbuh kembangkan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematik siswa adalah
strategi think-talk-write (TTW). Strategi yang diperkenalkan oleh Huinker &
Laughlin (1996:82) ini pada dasarnya dibangun melalui berfikir, berbicara, dan
menulis. Alur kemajuan strategi TTW dimulai dari keterlibatan siswa dalam
berpikir atau bedialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca,
selanjutnya berbicara dan membagi ide (sharing) dengan temannya sebelum
menulis.
Langkah-langkah
pembelajaran dengan strategi TTW:
1. Guru membagi teks bacaan berupa lembaran
aktivitas siswa yang memuat situasi masalah bersifat open-ended dan petunjuk
serta prosedur pelaksanaannya
2. Siswa membaca teks dan membuat catatan dari
hasil bacaan secara individual, untuk dibawa ke forum diskusi (think)
3. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi
dengan teman untuk membahas isi catatan (talk). Guru berperan sebagai mediator
lingkungan belajar
4.
Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write).
Strategi ini dapat digunakan untuk melatih suswa
dari sekolah menengah pertama sampaai ke jenjang yang lebih tinggi.
8. Strategi Pembelajaran
Berbasis Konstruktivis
Strategi pembelajaran berbasis konstruktivisme
menurut Peaget, dapat dikatakan berkenaan dengan bagaiman anak memperoleh pengetahuan
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Pola intelektual untuk berinteraksi
dengan lingkungannya adalah melalui asimilasi. Bila seorang siswa tidak
memiliki pengetahuan memadai untuk menanggapi suatu situasi yang datang dari
lingkungannya, maka ia harus mengubah pola intelektualnya, sehingga melakukan
akomodasi terhadap lingkungannya. Manakala siswa sudah mampu menyatukan atau
mengintegrasikan antara pengetahuan yang ada pada dirinya atau pengalamannya
dengan pengetahuan yang timbul dari lingkungannya (keseimbangan antara
asimilasi dan akomodasi), dikatakan siswa telah mengadakan adaptasi.
Selain Piaget, konstruktivis yang lain yaitu
Vygotsky berpendapat bahwa, perkembangan intelektual anak dipengaruhi oleh
faktor sosial. Lingkungan sosial dan pembelajaran secara natural mempengaruhi
perkembangan anak dalam meningkatkan kekomplekan dan kesitematikan kognitif
(Ginsburg at al. 1998: 409). Strategi ini banyak digunakan untuk
bermacam-macam mata pelajaran, terutama matematika. Dan bagus dipakai untuk siswa
menengah atas.
b. Tahap-Tahapan Mengajar
Tahapan-tahapan dalam proses mengajar memiliki
hubungan erat dengan penggunaan strategi mengajar. Maksudmya ialah bahwa setiap
penggunaan strategi mengajar harus selalu merupakan rangkaian yang utuh dalam
tahapan-tahapan mengajar. Setiap proses mengajar harus melalui tiga tahapan.
1. Tahap
Prainstruksional, yaitu persiapan sebelum mengajar dimulai. Langkah ini
dilakukan oleh guru saat mulai memasuki kelas dan hendak mengajar. Pada tahap
ini guru dianjurkan untuk memeriksa kehadiran siswa, kondisi kelas, dan kondisi
peralatan yang tersedia dengan alokasi waktu yang singkat. Setelah itu, guru
perlu melakukan ”pemanasan” dengan menanyakan perihal materi yang disajikan
sebelumnya, serta materi yang akan diajarkan (pre-test). Kemudian guru
melakukan kegiatan apersepsi dengan mengungkapkan kembali secara sekilas materi
yang diajarkan sebelumnya lalu menghubungkannya dengan materi palajaran yang
akan segera diajarkan. Kegiatan ini penting, karena kediatan belajar dan
memahami materi pelajarn itu kebanyakan bergantung pada pengenalan siswa
terhadap hubungan antar pengetahuan yang telah ia miliki dengan pengetahuan
yang akan diajarkan.
2. Tahap
Intruksional, yaitu saat-saat mengajar. Tahap ini merupakan tahap inti dalam
proses pengajaran. Pada tahap ini, guru menyajikan materi pelajaran (pokok
bahasan) yang disususn lengkap dengan persiapan model, metode, dan strategi
mengajar yang dianggap cocok. Seperti jika guru menggunakan metode ceramah atau
metode ceramah plus, maka pada tahap pelaksanaan pengajaran ini, guru sangat
dianjurkan menjelaskan pokok-pokok materi dan tujuannya. Sebelum menguraikan
pokok-pokok materi tersebut lebih lanjut, setiap uraian seyogyanya dilengkapi
dengan cotoh dan peragaan seperlunya. Terakhir guru hendaknya membuat
kesimpulan mengenai uraian yang yang telah disampaikan. Jika memungkinkan,
penulisan kesimpulan ada baiknya dilakukan oleh para siswa.
3. Tahap
Evaluasi dan Tindak Lanjut, yaitu penilaian atau hasil belajar siswa setelah
mengikuti pengajaran dan penindaklanjutannya. Tahap terakhir proses mengajar
terdiri atas kegiatan evaluasi dan tindak lanjut (follow up). Pada tahap ini
guru melakukan penilaian keberhasilan belajar siswa yang berlangsung pada tahap
instruksional. Caranya ialah dengan mengadakan post test (alat pengukuran
prestasi belajar siswa) sesudah menyajikan materi pelajaran. Kadar hasil
pembelajaran (proses mempelajari sesuatu) siswa dapat digunakan sebagai pedoman
penindak- lanjutan, baik yang bersifat pengayaan maupun perbaikan.
Ketiga tahapan yang telah dibhas di atas merupakan
satu rangkaian kegiatan terpadu, tidak terpisahkan satu sama lain. Guru
dituntut untuk mampu dan dapat mengatur waktu dan kegiatan secara fleksibel.
Sehingga ketiga rangkaian tersebut diterima oleh siswa secara utuh.
Akhirnya,
sebelum meninggalkan kelas, guru dianjurkan untuk memberitahukan pokok bahasan
yang akan diajarkan kepada siswa pada pertemuan berikutnya. Langkah ini yang
sangat sering dilupakan para guru itu cukup penting artinya bagi para siswa
dalam mempersiapkan diri dalam menghadapi materi baru dengan cara membaca
sumber yang ada di rumah atau di perpustakaan.
Selain itu, metode mengajar memiliki
kelemahan-kelemahan disamping keunggulan-keunggulannya sendiri. Oleh karena itu
guru perlu bijaksana dalam memilih atau memodifikasi metode yang hendak
digunakan.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
1.
Mengajar sebagai
suatu rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada murid agar dapat
menerima, menanggapi menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran itu.
2.
Ada dua macam
aliran pandangan yang berbeda dalam melihat profesi mengajar. Yaitu aliran
pertama yang menganggap mengajar sebagai “ilmu” dan aliran kedua yang
menganggap mengajar sebagai “seni”. Penjelasan mengenai hal ini telah
dijelaskan pada bab pembahasan.
3.
Kumpulan atau
set model yang dianggap komprehensif, menurut Tadrif (1989) adalah set model
yang dikembangkan oleh Brunce Joyce dan Marsya Weil dengan katagorisasi sebagai
berikut: Model Information Processing (Tahap Pengolahan Informasi), Model
Personal (Pengembangan Pribadi), Model Sosial (Hubungan Kemasyarakatan), dan
Model Behavioral (Pengembangan Prilaku)
4.
Ada 4 metode
pokok mengajar yang dipandang representative dan dominan dalam arti digunakan
secara luas sejak dahulu hingga sekarang pada jenjang pendidikan formal. Yaitu
metode ceramah, diskusi, demokrasi, dan metode ceramah plus.
5.
Ada beberapa
macam strategi mengajar yang diyakini efektif dan sering digunakan oleh tenaga
pendidik. Diantaranya adalah: Strategi SPELT (strategy program for effective
learning/ teaching), Pembelajaran Direct Instruction (Pembelajaran Langsung/
Metode Exspositori), Diskusi sebagai suatu Strategi Pembelajaran,
Penggunaan Small-Group Work sebgai suatu Strategi Pembelajaran,
Penggunaan Co-Operative Learning sebagai suatu Strategi Pembelajaran,
Penggunaan Problem Solving sebagai suatu Strategi Pembelajaran,
Penggunaan Strategi Think-Talk-Write sebagai suatu Strategi
Pembelajaran, Strategi Pembelajaran Berbasis Konstruktivis.
6.
Tahapan-tahapan
dalam proses mengajar memiliki hubungan erat dengan penggunaan strategi
mengajar. Maksudmya ialah bahwa setiap penggunaan strategi mengajar harus
selalu merupakan rangkaian yang utuh dalam tahapan-tahapan mengajar. Setiap
proses mengajar harus melalui tiga tahapan, yaitu tahapan prainstruksional,
instruksional, serta tahapan evaluasi dan tindak lanjut.
DAFTAR
PUSTAKA
Abin Syamsiddin Makmun. 2007. Psikologi Keperibadian Perangkat Sistem
Pengajaran Modul. Bandung:Remaja Rosdakarya
Martinis Yamin & Bansu I. Ansari. 2009. Taktik Mengembangkan Kemampuan Individual
Siswa. Jakarta:Gaung Persada Press
Sagala, Syaiful. 2008. Konsep dan makna pembelajaran. Bandung: PT. Alfa Beta Bandung
Sudirman dkk. 1991. Ilmu Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Suyanto, Slamet. 2008. Strategi Pendidkan Anak. Yogjakarta: Hikayat Publising
Syah, Muhibbin. 2006. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT.
Remaja Rosda Karya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar