

KEGIATAN BELAJAR - 1
PENDEKATAN SAINTIFIK
A.
KOMPETENSI
Memahami pendekatan saintifik dalam pembelajaran
B.
INDIKATOR KEBERHASILAN
1.
Menjelaskan konsep dasar pendekatan saintifik
2.
Merancang langkah-langkah pendekatan saintifik dalam
pembelajaran
C.
URAIAN MATERI
1.
Konsep Dasar Pendekatan Saintifik
a.
Definisi
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk
konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan
masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan
konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik
dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal,
memahami berbagai materi menggunakan
pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja,
tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi
pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik
dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui
observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Penerapan pendekatan
saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati,
mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam
melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi
bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah
dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.
Metode
saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori Bruner, teori
Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada
empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin & Sund,
1975). Pertama, individu hanya
belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses
kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan
intelektual yang merupakan suatau penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari
teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk
melakukan penemuan. Keempat, dengan
melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas
adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran
menggunakan metode saintifik.
Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan
pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur
mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual
beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967). Skema
tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang anak akan berkembang menjadi
skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan skemata
disebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang
mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip
ataupun pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada didalam pikirannya.
Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri
rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok
dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya
penyeimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi.
Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila
peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari
namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu
berada dalam zone of proximal development
daerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan
sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman
sebaya yang lebih mampu. (Nur dan Wikandari, 2000:4).
Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1)
berpusat pada siswa.
2)
melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi
konsep, hukum atau prinsip.
3)
melibatkan proses-proses kognitif yang potensial
dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat
tinggi siswa.
4)
dapat mengembangkan karakter siswa.
b.
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik
Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada
keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuanembelajaran dengan pendekatan
saintifik adalah:
1)
untuk meningkatkan
kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
2)
untuk membentuk
kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
3)
terciptanya kondisi
pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
4)
diperolehnya hasil
belajar yang tinggi.
5)
untuk melatih siswa
dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
6)
untuk mengembangkan
karakter siswa.
c.
Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Beberapa prinsip pendekatan
saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut:
1)
pembelajaran berpusat
pada siswa
2)
pembelajaran membentuk students’
self concept
3)
pembelajaran terhindar
dari verbalisme
4)
pembelajaran memberikan
kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan
prinsip
5)
pembelajaran mendorong
terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa
6)
pembelajaran
meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru
7)
memberikan kesempatan kepada
siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi
8)
adanya proses validasi
terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur
kognitifnya.
2.
Langkah-langkah umum pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Proses
pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific
appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui
pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi,
menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar,
kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi
tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan
secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran
harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari
nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:
a.
Mengamati (observasi)
Metode
mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull
learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan
media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah
pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin
tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang
tinggi. Kegiatan mengamati dalam
pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor 81a, hendaklah guru membuka secara luas dan bervariasi
kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat,
menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk
melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca,
mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang
diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
b.
Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka
kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang
sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta
didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil
pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta,
konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang
bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi
di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih
memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana
peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua
dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa
ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu
semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari
informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai
yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang
beragam.
Kegiatan
“menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam
Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013,
adalah mengajukan pertanyaan tentang
informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan
informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual
sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang
diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin
tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu
untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
c.
Mengumpulkan Informasi
Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi
dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat
membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih
teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul
sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor
81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian/, aktivitas
wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan
adalah mengembangkan sikap teliti,
jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
d.
Mengasosiasikan/
Mengolah Informasi/Menalar
Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah
informasi/ menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam
Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013,
adalah memproses informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas
dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati
dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari
yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan
untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan
pola dari keterkaitan informasi
tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin,
taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir
induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai
kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas
fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan. Aktivitas menalar dalam
konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak
merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah
asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide
dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi
penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak,
pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain.
Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan
berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.
e.
Menarik kesimpulan
Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik
merupakan kelanjutan dari kegiatan
mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar
informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara
bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau secara individual membuat kesimpulan.
f.
Mengkomunikasikan
Pada pendekatan scientific guru
diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa
yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui menuliskan atau menceritakan apa yang
ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola.
Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar
peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan
“mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam
Permendikbud Nomor 81a Tahun 2013,
adalah menyampaikan
hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis,
atau media lainnya.
Adapun kompetensi yang diharapkan dalam
kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan
berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan
mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
3. Penerapan pendekatan
saintifik dalam pembelajaran
Kegiatan pembelajaran meliputi tiga
kegiatan pokok, yaitu kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang
memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Sebagai
contoh ketika memulai pembelajaran, guru menyapa anak dengan nada bersemangat
dan gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa dan menanyakan
ketidakhadiran siswa apabila ada yang tidak hadir.
Dalam
metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan adalah memantapkan pemahaman
siswa terhadap konsep-konsep yang telah dikuasai yang berkaitan dengan materi
pelajaran baru yang akan dipelajari oleh siswa. Dalam kegiatan ini guru harus mengupayakan agar siswa yang belum paham suatu konsep dapat
memahami konsep tersebut, sedangkan siswa
yang mengalami kesalahan konsep, kesalahan tersebut dapat dihilangkan. Pada
kegiatan pendahuluan, disarankan guru menunjukkan fenomena atau kejadian “aneh”
atau “ganjil” (discrepant event) yang dapat menggugah timbulnya pertanyaan pada
diri siswa.
Kegiatan inti merupakan kegiatan
utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar
(learning experience) siswa. Kegiatan
inti dalam pembelajaran adalah suatu proses pembentukan pengalaman dan kemampuan
siswa secara terprogram yang dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan
inti dalam metode saintifik ditujukan untuk terkonstruksinya konsep, hukum atau
prinsip oleh siswa dengan bantuan dari guru melalaui langkah-langkah kegiatan
yang diberikan di muka.
Kegiatan penutup ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama, validasi terhadap konsep, hukum
atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran yang dikuasai siswa
Contoh kegiatan
pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup diberikan di bawah ini.
Contoh
kegiatan
pendahuluan:
1.
Mengucapkan salam
2.
Guru mengingatkan kembali tentang konsep-konsep yang telah dipelajari oleh
siswa yang berhubungan dengan materi baru yang akan dibelajarkan. Sebagai contoh dalam mapel IPA, guru menanyakan konsep tentang larutan
dan komponennya sebelum pembelajaran materi asam-basa. Untuk IPS,
misalnya menggunakan apersepsi tentang
bencana banjir yang kerap terjadi. Di mana, kapan, dan mengapa bisa terjadi,
siapa yang sering menjadi korban, apa yang dilakukan oleh masyarakat korban
banjir ketika menghadapi bencana tersebut.
3.
Menyampaikan
tujuan pembelajaran.
|
Contoh Kegiatan Inti
1. Mengamati:
Dalam mapel IPA, guru meminta siswa untuk mengamati suatu fenomenon. Sebagai
contoh dalam mapel
IPA guru meminta siswa untuk
mengamati sifat larutan yang diperoleh dari ekstrak buah belimbing atau
tomat. Fenomena yang diberikan dapat juga dalam bentuk video. Dalam mapel IPS contohnya adalah
fenomena yang diamati adalah gambar-gambar (foto-foto, slide) tentang hutan yang gundul,
hujan deras, orang membuang sampah sembarangan, sungai meluap, banjir besar.
slide, atau video klip seputar bencana banjir di suatu tempat.
2. Menanya:
Dalam mapel IPA, siswa mengajukan pertanyaan tentang suatu fenomenon. Sebagai contoh
siswa mempertanyakan “Mengapa larutan ekstrak buah belimbing atau tomat
memiliki rasa manis dan asin”. Sebagai contoh di mapel IPS adalah “Apakah sebab
dan akibat banjir bisa terjadi di ruang dan waktu yang sama atau berbeda?”
3. Menalar untuk mengajukan
hipotesis:
Sebagai contoh, dalam mapel IPA siswa mengajukan pendapat bahwa rasa manis dan masam pada
larutan enkstrak buah belimbing atau tomat disebabkan oleh adanya zat yang
memiliki rasa manis dan zat yang memiliki rasa asam. Pendapat siswa ini merupakan
suatu hipotesis.
Contoh hipotesis dalam mapel IPS adalah Banjir (akibat) dan penggundulan hutan (sebab) bisa: a) Terjadi di tempat yang
sama b) Terjadi di tempat
berbeda.
4.
Mengumpulkan data:
Dalam mapel
IPA, siswa mengumpulkan data atau guru memberikan data tentang komponen-komponen yang
terdapat dalam larutan ekstrak buah belimbing atau buah tomat.
5.
Menganalisis data:
Siswa menganalis data yang diberikan
oleh guru. Analisis data dalam IPS, misalnya siswa diajak untuk membaca buku siswa halaman 2-6 tentang konsep
ruang, waktu, konektivitas, dan interaksi sosial. Konsep-konsep ini dihubungkan dengan informasi atau data
awal, pertanyaan dan hipotesis, serta data yang terkumpul.
6. Menarik kesimpulan
Dalam mapel
IPA, siswa
menarik kesimpulan berdasar hasil analisis yang mereka lakukan. Sebagai contoh siswa menyimpulkan bahwa rasa manis pada larutan ekstrak buah belimbing atau buah
tomat disebabkan oleh adanya gula, sedangkan rasa masam disebabkan oleh
adanya asam. Contoh bentuk kesimpulan yang ditarik dalam IPS
misalnya hujan di
7. Mengomunikasikan:
Pada langkah
ini, siswa dapat menyampaikan hasil kerjanya secara lisan maupun tertulis,
misalnya melalui presentasi kelompok, diskusi, dan tanya jawab.
|
Contoh
Kegiatan Penutup:
1. Dalam mapel IPA, misalnya guru meminta siswa untuk mengungkapkan konsep, prinsip atau teori
yang telah dikonstruk oleh siswa.
Dalam mapel IPS, misalnya siswa diminta untuk menjelaskan contoh
keterkaitan antarruang dan waktu, misalnya hubungan antar desa dan
2. Dalam mapel IPA maupun mapel lain, guru dapat meminta siswa untuk meningkatkan pemahamannya tentang
konsep, prinsip atau teori yang telah dipelajari dari buku-buku pelajaran
yang relevan atau sumber informasi lainnya. Contoh dalam mapel IPA di atas juga dapat digunakan
dalam mapel IPS.
3. Dalam mapel IPA, mapel IPS, dan mapel lain, guru dapat memberikan beberapa situs di internet yang berkaitan
dengan konsep, prinsip atau teori yang telah dipelajari oleh siswa, kemudian
guru meminta siswa untuk mengakses situs-situs tersebut.
|
a.
Contoh langkah pembelajaran dengan
pendekatan saintifik di SD
|
Kompetensi Dasar
IPS
1.3 Menerima
karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya
2.3 Menunjukkan
perilaku santun, toleran dan peduli dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan dan teman sebaya
3.1 Mengenal
manusia, aspek keruangan,konektivitas antar ruang,perubahan
dan keberlanjutan dalam waktu, sosial, ekonomi, dan pendidikan
3.5 Memahami manusia dalam dinamika interaksi
dengan lingkungan alam, sosial, budaya,dan ekonomi
4.1 Menceritakan tentang hasil bacaan mengenai pengertian ruang, konektivitas
antarruang, perubahan, dan keberlanjutan dalam waktu, sosial, ekonomi, dan
pendidikan dalam lingkup masyarakat di sekitarnya
4.5 Menceritakan
manusia dalam dinamika interaksi dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan
ekonomi
IPA
1.1
Bertambah keimanannya
dengan menyadari hubungan keteraturan dan kompleksitas alam dan jagad raya
terhadap kebesaran Tuhan yang menciptakannya, serta mewujudkannya dalam
pengamalan ajaran agama yang dianutnya
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa
ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hatihati; bertanggung
jawab; terbuka; dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai
wujud implementasi sikap dalam melakukan inkuiri ilmiah dan berdiskusi
3.7 Mendeskripsikan hubungan antara sumber daya alam
dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat
4.7 Menyajikan laporan hasil pengamatan tentang
teknologi yang digunakan di kehidupan seharihari dan kemudahan yang diperoleh
oleh masyarakat dengan memanfaatkan teknologi tersebut
Bahasa Indonesia
1.2 Mengakui dan
mensyukuri anugerah Tuhan yang Maha Esa atas keberadaan lingkungan dan sumber
daya alam, alat teknologi modern dan tradisional, perkembangan teknologi,
sosial, serta permasalahan sosial
2.4 Memiliki
kepedulian terhadap lingkungan dan sumber daya alam melalui pemanfaatan bahasa
Indonesia
3.4 Menggali
informasi dari teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam
dengan bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan
memilih dan memilah kosakata baku
4.4 Menyajikan
teks cerita petualangan tentang lingkungan dan sumber daya alam secara mandiri
dalam teks bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata
baku
Tujuan
Pembelajaran
1.
Dengan
mengkaji bacaan tentang hubungan sumber daya alam dan pekerjaannya, siswa mampu menjelaskan hubungan sumber daya alam dan
pekerjaan yang ada di daerah tersebut.
2.
Setelah
menganalisa gambar, siswa mampu mengidentifikasi pekerjaan-pekerjaan yang ada
di kebun teh secara rinci.
3.
Setelah
menganalisa peta siswa mampu mengidentifikasi kondisi geografis dan pekerjaan dengan benar.
4.
Setelah
mengamati gambar dan berdiskusi, siswa mampu menjelaskan hubungan antara sumber daya alam dan kondisi geografis (dataran rendah, tinggi
dan perairan).
5.
Setelah
membaca teks petualangan “Ulil SI Daun Teh”, siswa mampu menjelaskan proses daun teh menjadi teh tubruk secara runtut.
Langkah-Langkah
Pembelajaran
Kegiatan
|
Deskripsi Kegiatan
|
Alokasi
Waktu
|
Pendahu
luan
|
Pertemuan Kesatu:
1.
Pengkondisian peserta didik
2.
Melakukan appersepsi melalui tanya jawab tentang tentang jenis-jenis pekerjaan
3.
Menyampaikan tema yang akan
dibelajarkan yaitu: berbagai pekerjaan” dengan sub tema: ”jenis-jenis pekerjaan”
4.
Menyampaikan tujuan
pembelajaran
|
... menit
|
Inti
|
Mengamati:
Semua peserta didik mengamati gambar proses
pembuatan teh
|
--menit
|
Menanya:
Guru
mengajukan pertanyaan-pertanyaan
untuk mengarahkan siswa memperhatikan secara rinci proses pembuatan teh yang
ada dalam gambar.
|
||
Mengumpulkan Informasi:
Siswa berdiskusi dengan
teman untuk menjawab pertanyaan yang ada di buku mengenai letak perkebunan
teh, pekerjaan yang ada di perkebunan teh, dan tugas dari masing-masing
pekerja di kebun teh
|
||
Mengasosiasi/ Menalar:
Siswa
mengetahui adanya perkebunan teh menyebabkan adanya industri teh dan membutuhkan para pekerja, seperti pemetik dan pengolah teh.yo Lakukan
|
||
Menyimpulkan:
Peserta
didik bersama-sama dengan guru menyimpulkan bahwa adanya perkebunan teh,
menyebabkan adanya industri teh yang membutuhkan jenis pekerjaan pengelola
dan pemetik teh
|
||
Mengkomunikasikan:
Siswa
menuliskan atau
menyampaikan mengenai letak perkebunan teh, industri
teh dan pekerjaan apa
saja yang ada di perkebunan, dan industri teh.
|
||
Penutup
|
Bersama-sama siswa membuat
kesimpulan hasil belajar selama sehari tentang jenis-jenis
profesi yang keberadaannya dipengaruhi oleh kondisi geografis misalnya
pemetik teh yang tinggal di pegunungan yang disebut sebagai dataran tinggi
dan nelayan di pantai yang tinggal di dataran rendah
Bertanya jawab tentang
materi yang telah dipelajari
Mengajak semua siswa berdo’a
|
....menit
|
Untuk selanjutnya contoh langkah-langkah kegiatan
dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik yang merupakan
gabungan dari beberapa pertemuan adalah sebagai berikut:
|
||
Inti
|
Pertemuan
Kedua:
|
..menit
|
Mengamati
Siswa
mengamati tiga gambar yang berisi tiga jenis profesi dari di tiga tempat yang
berbeda.
|
||
Menanya
Bertanya
jawab tentang keadaan wilayah tempat tinggal misal Pemetik teh tinggal di
dataran tinggi. bagaimana dengan wilayah lainnya? Pekerjaan apa saja yang ada
di wilayah tersebut?
|
||
Mengeksplorasi:
Siswa
menuliskan keterangan tentang tiga jenis profesi tersebut di bagian bawah
gambar.
Siswa
diingatkan untuk mengisi keterangan tentang tiga jenis profesi tersebut
dengan teliti.
|
||
Mengasosiasi:
Siswa
menganalisis hubungan antara pekerjaan dan tempat bekerja
|
||
Mengkomunikasikan
Menuliskan
tentang hubungan antara pekerjaan dan
tempat bekerja
|
||
Pertemuan Ketiga
|
||
Mengamati
Siswa
secara individual mengamati lingkungan tempat tinggalnya
|
||
Menanya
Siswa di dorong untuk saling
bertanya tentang lingkungan tempat tinggalnya
|
||
Mengeksplorasi
Guru
mengingatkan siswa untuk memperhatikan kondisi wilayah tempat tinggal mereka,
apakah meraka tinggal di daerah dataran tinggi, dataran rendah, atau di
daerah perairan.
|
||
Mengasosiasi
Siswa
diharapkan mengetahui hubungan antara kondisi wilayah tempat tinggal dan
jenis pekerjaan yang ada.
|
||
Mengkomunikasikan
menceritakan
keadaan wilayah tempat tinggal mereka dan jenis-jenis pekerjaan yang ada,
serta menuliskannya di buku.
|
||
Pertemuan keempat
|
||
Mengamati:
Siswa
secara individual mengamati peta sederhana yang ada di buku untuk mengetahui
pekerjaan apa saja yang berada di dataran
rendah, dataran tinggi, dan perairan.
|
|
|
Menanya:
Siswa
didorong untuk dapat membuat pertanyaan sesuai dengan kegiatan yang akan
dilakukannya
|
||
Mengeksplorasi
Guru
mengingatkan siswa untuk memperhatikan secara rinci gambar-gambar yang ada di
dalam pulau dan memahami arti warna yang ada di kolom legenda.
Siswa
menuliskan hasil pengamatannya pada tabel jenis pekerjaan yang dihubungkan
dnegan lokasi tempat tinggalnya
|
||
Mengasosiasi
Siswa
diingatkan untuk memprediksi jenis-jenis pekerjaan yang ada di daerah-daerah
yang terdapat di peta, misalnya pemetik teh di dataran tinggi dan nelayan di
wilayah perairan.
|
||
Mengkomunikasikan
Siswa
membuat kesimpulan tentang isi tabel, bahwa kondisi geografis tempat tinggal
suatu masyarakat akan memengaruhi jenis-jenis pekerjaan masyarakat yang ada
di wilayah tersebut dan siswa menuliskan kesimpulan mereka di buku.
Guru memberikan
penguatan tentang materi yang telah dipelajari, bahwa kenampakan wilayah
permukaan bumi itu terdiri atas dataran rendah, dataran tinggi, dan perairan,
yang kemudian memengaruhi jenis-jenis pekerjaan yang ada di masyarakat
tersebut
|
||
|
Pertemuan Kelima
|
|
Mengamati:
Siswa
membaca dalam hati teks tentang Ulil
Si Daun Teh
|
|
|
Menanya:
Siswa
disorong untuk membuat pertanyaan sesuai dengan teks yang dibacanya
|
||
Mengeksplorasi
Siswa
menyebutkan sebanyak mungkin pekerjaan yang ada dalam cerita.
|
||
Mengasosiasi
Siswa
menuliskan proses Ulil Si Daun Teh sampai menjadi teh tubruk yang dapat
dinikmati oleh semua orang dalam kolom yang tersedia di buku.
|
||
Mengkomunikasikan
Secara
berpasangan siswa menceritakan pada pasangannya tentang proses yang terjadi pada
pembuatan the secara singkat.
|
b.
Contoh langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik di SMP
Sekolah : SMP Jayakarta
Mapel : IPS
Kelas/Sem
: VII/ 1
Tema : Konektivitas antar ruang,
waktu, dan manusia
|
Kompetensi
Dasar:
No.
|
Kompetensi Dasar
|
|
1.3 Menghargai
karunia Tuhan YME yang telah menciptakan manusia dan lingkungannya
|
|
2.3 Menunjukkan perilaku santun, peduli, dan
menghargai perbedaan pendapat dalam interaksi sosial dengan lingkungan dan teman
sebaya
|
|
3.1 Memahami aspek keruangan dan konektivitas
antar ruang dan waktu dalam lingkup regional serta perubahan dan
keberlanjutan kehidupan manusia (ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan
politik)
|
|
Indikator:
|
|
3.1.1. mendeskripsikan dengan benar adanya konektivitas
antarruang
3.1.2. mendeskripsikan dengan benar adanya
konektivitas antarwaktu
3.1.3. mencontohkan dengan tepat adanya konektivitas antarruang dan waktu
3.1.4. membedakan dengan tepat adanya konektivitas antarruang,
waktu, dan pengaruhnya terhadap kehidupan manusia
3.1.5. menjelaskan dengan tepat adanya konektivitas
antarmanusia (interaksi sosial)
dalam ruang
dan waktu
|
|
4.3 Mengobservasi dan menyajikan bentuk-bentuk
dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan
ekonomi di lingkungan masyarakat sekitar
|
|
Indikator:
|
|
4.3.1. memaparkan
hasil analisis keterkaitan antarruang, antarwaktu, dan antarmanusia.
4.3.2. menyajikan rancangan kegiatan dengan tema “Upaya-upaya
pencegah terjadinya bencana banjir”.
|
Langkah-Langkah Pembelajaran
Pendahuluan (...menit)
1.
Pengkondisian peserta didik
2.
Melakukan appersepsi tentang bencana banjir yang
kerap terjadi. Di mana, kapan, dan mengapa bisa terjadi, siapa yang sering
menjadi korban, apa yang dilakukan oleh masyarakat korban banjir ketika
menghadapi bencana tersebut.
3.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti (... menit)
1. Peserta didik mengamati gambar-gambar
(foto-foto, slide) tentang hutan yang gundul, hujan deras, orang membuang
sampah sembarangan, sungai meluap, banjir besar. slide, atau video klip
seputar bencana banjir di suatu tempat. Disarankan fenomena-fenomena tersebut
yang terjadi di lingkungan terdekat.
2. Guru menyampaikan pertanyaan dan
mendorong peserta didik didorong untuk bertanya dan menjawab pertanyaan dari
guru atau peserta didik yang lain
Misalnya, setelah mengamati gambar atau menyaksikan tayangan video siswa didorong
untuk bertanya, tentang mengapa hutan digunduli, untuk apa
kayu-kayu yang ditebangi, siapa yang melakukan, siapa yang dbiasa membuang
sampah sembarangan, mengapa sungai meluap, mengapa terjadi banjir, apakah ada
hubungan antar semuanya itu? Pertanyaan atau permasalahan pokok apa yang bisa
dimunculkan dari fenomena tersebut? Guru dapat menginisiasi pertanyaan
pertanyaan kunci ketika siswa belum memunculkannya.
3.
Mencoba
(Experimenting) atau Mengumpulkan Data : Siswa menyaksikan video klip
tentang banjir yang terjadi di lingkungan siswa. Siswa diminta untuk mencatat berbagai fakta yang
diperlukan
4.
Menalar /mengasosiasi data, meghubungkan
sampai membuat kesimpulan : Misalnya peserta didik diajak untuk membaca buku siswa
halaman 2-6 tentang konsep ruang, waktu, konektivitas, dan interaksi sosial, dan
menghubungkannya dengan fenomena yang terjadi dalam tayangan video maupun
gambar-gambar yang telah diamati sebelumnya.
5.
Secara bersama-sama setelah peserta didik membaca buku, mengamati
gambar, dan menyaksikan tayangan video, mereka diminta untuk membuat
kesimpulan megenai hubungan buang sampah sembarang, penggundulan hutan,
banjir dan kerugian akibat bencana banjir.
6.
Mengkomunikasikan :
Siswa mempresentasikan hasil analisis datanya di kelas. Di saming itu siswa
juga bisa diminta untuk mengunggahnya (upload) di blog masing-masing. Untuk
kepentingan ini setiap siswa bisa diwajibkan memiliki blog sendiri.
Penutup (... menit)
(1)
Kesimpulan
Peserta didik bersama guru membuat
kesimpulan hasil pembelajaran
(2)
Evaluasi :
Dilakukan melalui tes secara tertulis, mengenai contoh bentuk konektivitas antar ruang dan waktu yang ada di lingkungan sekitarmu.
(3)
Refleksi :
Peserta didik diminta menjawab pertanyaan reflektif
misalnya, apakah pembelajaran hari ini menyenangkan? Pengetahuan
berharga/baru apa yang kamu peroleh pada pembelajaran kita hari ini?
Bagaimana sebaiknya sikap kita kalau memperoleh sesuatu yang berharga/baru.
(4)
Penugasan
|
c.
|
Contoh pendekatan saintifik dalam pembelajaran di SMA
Kompetensi
Dasar
|
Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan
|
Deskripsi
|
Alokasi
waktu
|
Pendahuluan
|
·
Pengkondisian peserta didik
·
Appersepsi: tanya jawab materi
sebelumnya mengenai Teori tentang proses masuk dan berkembangnya agama dan
kebudayaan Hindu-Buddha di Indonesia
dan dihubungkan dengan topik yang akan disampaikan
·
Menyampaikan tujuan pembelajaran
|
...menit
|
Inti
|
·
Melakukan pengamatan gambar Candi Borobudur
dan Candi Prambanan
·
Melakukan tanya jawab singkat tentang candi
Borobudur dan Candi Prambanan
·
Mengumpulkan data melalui studi pustaka
tentang candi Borobudur dan Candi Prambanan dengan historisnya
·
Menganalisis tentang bentuk
bangunan Candi Borobudur dan Candi Prambanan
·
Menarik kesimpulan tentang kebenaran
bangunan candi Borobudur dan candi Prambanan sebagai:
1.
Wujud
akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa bahasa dan religi/kepercayaan
2.
Wujud
akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa organisasi sosial
kemasyarakatan
3.
Wujud
akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa sistem pengetahuan
dan peralatan hidup
4.
Wujud
akulturasi budaya masa Hindu-Buddha di Indonesia berupa kesenian
5.
Gambar
peninggalan Hindu-Buddha di Indonesia yang tidak terpelihara
·
Mengkomunikasikan tentang
keberadaan candi Borobudur dan Prambanan sebagai wujud akulturasi budaya
hindu dan budha di Indonesia
|
... menit
|
Penutup
|
·
Menyimpulkan materi kehidupan
masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan
pada masa kerajaan-kerajaan
Hindu-Buddha di Indonesia
·
Evaluasi untuk mengukur
ketercapaian tujuan pembelajaran
·
Melakukan refleksi tentang
pelaksanaan pembelajaran
·
Pemberian tugas “membuat tugas
kehidupan masyarakat, pemerintahan dan kebudayaan pada masa
kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia dalam bentuk makalah”.
|
20 enit
|
4.
Teknik penilaian dalam pembelajaran
dengan pendekatan saintifik
Penilaian pada pembelajaran dengan pendekatan saintifik meliputi penilaian
proses, penilaian produk, dan penilaian sikap. Penilaian pada 3 aspek tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut.
a.
Penilaian proses atau keterampilan, dilakukan melalui observasi saat siswa
bekerja kelompok, bekerja individu, berdiskusi, maupun saat presentasi dengan
menggunakan lembar observasi kinerja.
b.
Penilaian produk berupa pemahaman konsep, prinsip, dan hukum dilakukan
dengan tes tertulis.
c.
Penilaian sikap, melalui observasi saat siswa bekerja kelompok, bekerja
individu, berdiskusi, maupun saat presentasi dengan menggunakan lembar
observasi sikap.
B. LEMBAR KERJA
(LK)
Buatlah
contoh langkah-langkah pendekatan
saintifik dalam kegiatan pembelajaran di
sekolah!
Sekolah :
................................................................
Mata Pelajaran :
………………………………………….
Kelas / Semester :
…………………………………………
Materi Pokok : …………………………………………
Alokasi Waktu : …………………………………………
Kompetensi Dasar dan Indikator PencapaianKompetensi
No.
|
Kompetensi
Dasar
|
Indikator
Pencapaian Kompetensi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
Langkah pembelajaran harus meliputi : Kegiatan pendahuluan untuk
mempersiapkan peserta secara pisik dan psikis secara kontektual, Kegiatan inti dilakukan dengan
pendekatan saintifik yang mencakup :
pengmatan , menanya, mengumpulkan informasi,mengasosiasi, dan mengkomunikasikan,
serta Kegiatan penutup harus
meliputi : rangkuman dan umpan balik
Kegiatan
|
Deskripsi
|
Alokasi
Waktu
|
Pendahuluan
|
|
Tidak
perlu diisi
|
Inti
|
|
|
Penutup
|
|
|
C. LATIHAN
Pilihlah
salah satu jawaban yang dianggap benar!
1.
Pembelajaran yang
menekankan pada pendekatan keilmuan . dan berdasarkan data fakta serta kajian empirik, merupakan
pembelajaran yang menerapkan….
A. Pendekatan Saintifik
B. Strategi Problem Based Learning
C. Project Based Learning
D. Strategi Discovery Learning
2.
Pembelajaran yang menekankan pada
pemecahan masalah yang tidak terstruktur (ill-structured)
dan bersifat terbuka dalam menyelesaikan
masalah untuk meningkatkan berpikir
kritis , merupakan strategi pembelajaran
….
A.Saintifik
B.
Problem Based Learning
C. Strategi Project Based Learning
D. Strategi Discovery Learning
3. Pendekatan
pembelajaran yang menempat-kan peserta didik sebagai pembelajar aktif (student centered), untuk menciptakan suasana
kelas yang demokratis, merupakan….
A. Pendekatan Saintifik.
B. Strategi Problem Based Learning
C. Strategi Project Based Learning
D. Strategi Discovery Learning
4.
Salah satu prinsif pembelajaran pendekatan
saintifik, adalah….
A.
Pembelajaran yang
mendorong dan menginspirasi, menerapkan
dan mengembangkan pola berpikir yang rasional .
B.
pembelajaran mendorong
terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa secara monoton
C.
pembelajaran yang
meningkatkan motivasi belajar siswa dan memungkinkan motivasi mengajar guru menurun
D.
memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi secara terbatas
5.
Pada
saat guru bertanya, membimbing dan memandu peserta didik belajar dengan baik. Serta pada saat guru
menjawab pertanyaan sekaligus memberikan
motivasi langkah tersebut merupakan ….
A.
mengamati;
B.
menanya;
C.
mengumpulkan
informasi;
D.
mengasosiasi
6. Untuk
memperoleh hasil belajar yang nyata, peserta didik harus melakukan percobaan, yang kontektual dengan
alam sekitar, pernyataan tersebut merupakan salah satu proses
pembelajaran….
A.
mengamati;
B.
menanya;
C.
mengumpulkan
informasi;
D. Mengkomunikasikan
7. Peserta didik mempraktekkan gerakan bayang-bayang tubuh manusia pada saat kena sinar matahari. Kegiatan tersebut merupakan salah satu langkah
dalam penerapan pendekatan saintifik….
A.
mengamati;
B.
mengumpulkan
informasi;
C.
mengasosiasi;
dan
D.
mengkomunikasikan
8. Peserta didik
berinteraksi dengan empati, saling menghormati,
dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara semacam ini
akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkinkan peserta didik menghadapi aneka
perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama. Kegiatan tersebut merupakan proses….
A.
mengamati;
B.
mengkomunikasikan
C.
mengumpulkan
informasi;
D.
mengasosiasi
D. Rangkuman
1. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk
konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan
masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,
hukum atau prinsip yang ditemukan.
2. Pembelajaran
dengan metode saintifik memiliki karakteristik
a.
berpusat pada siswa.
b.
melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi
konsep, hukum atau prinsip.
c.
melibatkan proses-proses kognitif yang potensial
dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat
tinggi siswa.
d.
dapat mengembangkan karakter siswa.
3. Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik terdiri
atas lima pengalaman belajar pokok,
yang terdiri dari:
a. mengamati;
b. menanya;
c. mengumpulkan informasi;
d. mengasosiasi; dan
e. mengkomunikasikan.
Kelima pembelajaran
pokok tersebut dapat
dirinci dalam berbagai kegiatan belajar peserta didik.
Kegiatan tersebut merupakan rincian dari
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni:
mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah
dan mengkomunikasikan.
4. Kegiatan
pembelajaran meliputi tiga kegiatan pokok, yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan pendahuluan bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang
memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Kegiatan inti merupakan kegiatan
utama dalam proses pembelajaran atau dalam proses penguasaan pengalaman belajar
(learning experience) siswa. Kegiatan
penutup ditujukan untuk dua hal pokok. Pertama,
validasi terhadap konsep, hukum atau prinsip yang telah dikonstruk oleh siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran yang
dikuasai siswa
E. Refleksi
- Apa
yang ibu/bapak pahami setelah mempelajari materi ini?
- Pengalaman
penting apa yang ibu/ bapak peroleh setelah mempelajari materi ini?
- Apa
manfaat materi ini terhadap tugas ibu/ bapak sebagai pengawas sekolah?
- Apa
rencana tindak lanjut yang akan ibu/ bapak lakukan setelah kegiatan ini?


KEGIATAN BELAJAR -
2
DISCOVERY LEARNING
A. KOMPETENSI
Memahami strategi
pembelajaran discovery learning, project
based learning, dan problem based
learning.
B. INDIKATOR KEBERHASILAN
1.
Menjelaskan konsep dasar strategi discovery
learning
2.
Merancang langkah-langkah strategi discovery
learning dalam pembelajaran
C.
URAIAN MATERI
Pada lampiran iv
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun
2013, untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum,
kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang: (1) berpusat pada peserta
didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi
menyenangkan dan menantang, (4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan
kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui
penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan,
kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.
Di dalam
pembelajaran, peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan
mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan yang
sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau
kemampuan yang sesuai dengan lingkungan dan jaman tempat dan waktu ia hidup.
Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat
dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek
yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi,
dan menggunakan pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan
kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan
dalam proses kognitifnya.
1.
Definisi
Strategi discovery learning adalah teori belajar yang
didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak
disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan
mengorganisasi sendiri. Sebagaimana pendapat Bruner, bahwa: “Discovery Learning can be defined as the
learning that takes place when the student is not presented with subject matter
in the final form, but rather is required to organize it him self”
(Lefancois dalam Emetembun, 1986:103). Yang menjadikan dasar ide Bruner ialah
pendapat dari Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan aktif dalam
belajar di kelas.
Bruner memakai strategi yang disebutnya discovery learning, dimana murid mengorganisasi bahan
yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir (Dalyono, 1996:41). Strategi discovery learning adalah memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif
untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Discovery terjadi bila individu
terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa
konsep dan prinsip. Discovery
dilakukan melalaui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan.
Proses tersebut disebut cognitive process
sedangkan discovery itu sendiri
adalah the mental process of assimilatig
conceps and principles in the mind (Robert B. Sund dalam Malik, 2001:219).
Sebagai strategi belajar, discovery learning mempunyai prinsip yang sama dengan inkuiri (inquiry) dan problem solving. Tidak ada perbedaan yang prinsipil
pada ketiga istilah ini, pada discovery learning lebih menekankan pada ditemukannya
konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Perbedaannya dengan discovery ialah bahwa pada discovery masalah yang diperhadapkan
kepada peserta didik semacam masalah yang direkayasa oleh guru. Sedangkan pada inkuiri
masalahnya bukan hasil rekayasa, sehingga peserta didik harus mengerahkan
seluruh pikiran dan keterampilannya untuk mendapatkan temuan-temuan di dalam
masalah itu melalui proses penelitian, sedangkan problem solving lebih memberi tekanan pada kemampuan menyelesaikan
masalah.
2.
Konsep
Dalam Konsep Belajar, sesungguhnya strategi discovery learning merupakan pembentukan
kategori-kategori atau konsep-konsep, yang dapat memungkinkan terjadinya
generalisasi. Sebagaimana teori Bruner tentang kategorisasi yang nampak dalam discovery, bahwa discovery adalah pembentukan kategori-kategori, atau lebih sering disebut sistem-sistem coding. Pembentukan
kategori-kategori dan sistem-sistem
coding dirumuskan demikian dalam arti relasi-relasi (similaritas & difference) yang terjadi diantara obyek-obyek dan
kejadian-kejadian (events). Bruner memandang bahwa suatu konsep atau
kategorisasi memiliki lima unsur, dan peserta didik dikatakan memahami suatu
konsep apabila mengetahui semua unsur dari konsep itu, meliputi: 1) Nama; 2)
Contoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif; 3) Karakteristik, baik
yang pokok maupun tidak; 4) Rentangan karakteristik; 5) Kaidah (Budiningsih,
2005:43). Bruner menjelaskan bahwa pembentukan konsep merupakan dua kegiatan
mengkategori yang berbeda yang menuntut proses berfikir yang berbeda pula.
Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi dan menempatkan
contoh-contoh (obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa) ke dalam kelas dengan
menggunakan dasar kriteria tertentu.
Di dalam proses belajar, Bruner mementingkan partisipasi aktif dari
tiap peserta didik, dan mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk
menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu peserta
didik pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan discovery learning environment, yaitu lingkungan dimana peserta
didik dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal
atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini
bertujuan agar peserta didik dalam proses belajar dapat berjalan dengan baik
dan lebih kreatif.
Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus
berdasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan
kognitif peserta didik. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk
memfasilitasi kemampuan peserta didik dalam berfikir (merepresentasikan apa
yang dipahami) sesuai dengan tingkat perkembangannya. Menurut Bruner
perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh
bagaimana cara lingkungan, yaitu: enactiv,
iconic, dan symbolic. Tahap enaktiv, seseorang melakukan
aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya, artinya,
dalam memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik, misalnya
melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya. Tahap iconic, seseorang
memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi
verbal. Maksudnya, dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk
perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi). Tahap symbolic, seseorang
telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat
dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia
sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan
sebagainya.
Pada akhirnya yang menjadi tujuan dalam strategi discovery learning menurut Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada
muridnya untuk menjadi seorang problem
solver, seorang scientist, historin, atau ahli matematika. Dan melalui
kegiatan tersebut peserta didik akan menguasainya, menerapkan, serta menemukan
hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya. Karakteristik yang paling jelas mengenai discovery sebagai strategi mengajar
ialah bahwa sesudah tingkat-tingkat inisial (pemulaan) mengajar, bimbingan guru
hendaklah lebih berkurang dari pada strategi-strategi mengajar lainnya. Hal ini
tak berarti bahwa guru menghentikan untuk memberikan suatu bimbingan setelah
problema disajikan kepada pelajar. Tetapi bimbingan yang diberikan tidak hanya
dikurangi direktifnya melainkan pelajar
diberi responsibilitas yang lebih besar untuk belajar sendiri.
3.
Kelebihan Penerapan Discovery
Learning
1)
Membantu peserta didik untuk
memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses
kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung
bagaimana cara belajarnya.
2)
Pengetahuan yang diperoleh melalui strategi
ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan
transfer.
3)
Menimbulkan rasa senang pada peserta
didik, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.
4)
Strategi ini memungkinkan peserta
didik berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri.
5)
Menyebabkan peserta didik
mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi
sendiri.
6)
Strategi ini dapat membantu peserta
didik memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama
dengan yang lainnya.
7)
Berpusat pada peserta didik dan guru
berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat
bertindak sebagai peserta didik, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.
8)
Membantu peserta didik menghilangkan
skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada
kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.
9)
Peserta didik akan mengerti konsep
dasar dan ide-ide lebih baik;
10)
Membantu dan mengembangkan
ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru;
11)
Mendorong peserta didik berfikir dan
bekerja atas inisiatif sendiri;
12)
Mendorong peserta didik berfikir
intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri;
13)
Memberikan keputusan yang bersifat
intrinsik;
14)
Situasi proses belajar menjadi lebih
terangsang;
15)
Proses belajar meliputi sesama
aspeknya peserta didik menuju pada pembentukan manusia seutuhnya;
16)
Meningkatkan tingkat penghargaan
pada peserta didik;
17)
Kemungkinan peserta didik belajar
dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar;
18)
Dapat mengembangkan bakat dan
kecakapan individu.
4.
Langkah-langkah Operasional Implementasi dalam Proses
Pembelajaran
1.
Langkah Persiapan Strategi Discovery Learning
a.
Menentukan
tujuan pembelajaran
b.
Melakukan
identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya)
c.
Memilih
materi pelajaran.
d.
Menentukan
topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi)
e.
Mengembangkan
bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya
untuk dipelajari peserta didik
f.
Mengatur
topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke
abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik
g.
Melakukan
penilaian proses dan hasil belajar peserta didik
2.
Prosedur Aplikasi Strategi Discovery Learning
Menurut Syah (2004:244) dalam
mengaplikasikan strategi discovery
learning
di kelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar
mengajar secara umum sebagai berikut:
a.
Stimulation (stimulasi/pemberian
rangsangan)
Pertama-tama
pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan kebingungannya,
kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi, agar timbul keinginan
untuk menyelidiki sendiri. Disamping itu guru dapat memulai kegiatan PBM dengan
mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi
untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan
membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan.
b.
Problem
statement
(pernyataan/ identifikasi masalah)
Setelah
dilakukan stimulation langkah
selanjutya adalah guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan dengan
bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam bentuk
hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah
2004:244). Memberikan kesempatan peserta didik untuk mengidentifikasi dan
menganalisa permasalahan yang mereka hadapi, merupakan teknik yang berguna
dalam membangun peserta didik agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu
masalah.
c.
Data collection (pengumpulan data).
Ketika
eksplorasi berlangsung guru juga memberi kesempatan kepada para peserta didik
untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Pada tahap ini berfungsi untuk
menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian anak didik diberi
kesempatan untuk mengumpulkan (collection)
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara
dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari
tahap ini adalah peserta didik belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu
yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara
tidak disengaja peserta didik menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang
telah dimiliki.
d.
Data
processing
(pengolahan data)
Menurut
Syah (2004:244) pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi
yang telah diperoleh para peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan
sebagainya, lalu ditafsirkan, dan semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan,
ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan
pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah, 2002:22). Data processing disebut
juga dengan pengkodean coding/kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan
konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut peserta didik akan
mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/ penyelesaian yang
perlu mendapat pembuktian secara logis
e.
Verification (pembuktian)
Pada
tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan
benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif,
dihubungkan dengan hasil data processing (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil
pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis
yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak,
apakah terbukti atau tidak.
f.
Generalization (menarik
kesimpulan/generalisasi)
Tahap
generalisasi/menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang
dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang
sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004:244). Berdasarkan hasil
verifikasi maka dirumuskan
prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan peserta didik harus memperhatikan proses
generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip
yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses
pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
5.
Contoh Langkah Pembelajaran discovery learning di SMA
Sekolah
Mata pelajaran
|
: SMA Upakarti
: Biologi
|
Kelas/semester
|
: X MIPA/1
|
Materi pokok
|
: Animalia
Invertebrata
|
![]() |
|
Kompetensi
Dasar (KD)
1.1 Mengagumi
keteraturan dan kompleksitas ciptaan Tuhan tentang keanekaragaman hayati,
ekosistem, dan lingkungan hidup.
2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun, jujur terhadap data dan fakta, disiplin, tanggung jawab,dan
peduli dalam observasi dan eksperimen, berani dan santun dalam mengajukan pertanyaan
dan berargumentasi, peduli lingkungan,
gotong royong, bekerjasama, cinta damai,
berpendapat secara ilmiah dan kritis, responsif dan proaktif dalam setiap tindakan dan dalam melakukan pengamatan
dan percobaan di dalam kelas/labo ratorium maupun di luar kelas/laboratorium.
2.3. Peduli terhadap
keselamatan diri dan lingkungan dengan mene rapkan prinsip keselamatan kerja
saat melakukan kegiatan penga-matan dan percobaan di laborato-rium dan di
lingkungan sekitar.
3.8
Menerapkan prinsip klasifikasi
untuk menggolongkan hewan ke dalam filum berdasarkan peng amatan anatomi dan
morfologi serta mengaitkan dalam
kehidup-an.
Indikator:
1.
mengidentifikasi
ciri khas morfologi dari klasis insekta, krustasea, arachnoidea, kilopoda dan
diplopoda.
2.
menentukan
klasis hewan yang diamati berdasarkan cirri morfologinya.
4.8. Menyajikan data tentang perban dingan kompleksitas jaringan
penyusun tubuh hewan dan
perannya pada ber bagai aspek kehidupan dalam bentuk laporan tertulis
Indikator:
Membuat laporan tertulis tentang data hasil pengamatan
cirri-ciri klasis pada hewan berbuku-buku
Pertemuan
Ke …
Pendahuluan ( … menit)
Guru menyampaikan salam dan
menanyakan kehadiran peserta didik, menyampaikan KI, KD , tujuan pembelajaran.
Kegiatan inti (… menit)
Penciptaan Situasi ( stimulasi )
- Guru menunjukkan berbagai hewan ber buku-buku (Artropoda)
misal capung, belalang, kelabang, keluwing, udang, laba-laba.
- Peserta didik memperhatikan (mengamati) berbagai hewan (invertebrata) yang dibawa guru.
- Peserta didik bertanya berbagai hewan yang dibawa guru.
- Peserta didik mengidentifikasi (mengumpulkan informasi) persamaan dan perbedaan yang terdapat pada hewan-hewan tersebut.
Pembahasan Tugas dan Identifikasi Masalah
1.
Guru meminta peserta didik untuk mencari ciri-ciri khas yang dimiliki
klasis artropoda.
2.
Peserta didik mengidentifikasi: bagian-bagian tubuh, jumlah bagian
tubuh, antena, ada tidaknya sayap, jumlah kaki, keadaan kaki
Observasi
Peserta didik mengamati
ciri tiap klasis dari artropoda yang meliputi bagian-bagian tubuh, jumlah
bagian tubuh, antena, ada tidaknya sayap, jumlah kaki, keadaan kaki
Pengumpulan data
Peserta didik, menuliskan hasil
pengamatan tentang ciri klasis artropoda yang meliputi bagian-bagian tubuh, jumlah bagian
tubuh, ada tidaknya sayap, antena, jumlah kaki, keadaan kaki pd tabel yang
telah disiapkan.
Verifikasi data
Peserta didik melakukan pencermatan data (mengasosiasi)
yang diperoleh mengenai ciri yang ada pada klasis dari artropoda yang
meliputi bagian-bagian tubuh, jumlah bagian tubuh, ada tidaknya sayap, jumlah
kaki, keadaan kaki, antena.
Generalisasi
1.
Peserta
didik menyimpulkan ciri-ciri klasis insekta
2. Peserta didik mempresentasikan (mengkomunikasikan) hasil
pengamatan ciri-ciri klasis insekta di depan kelas dan dikonfirmasi oleh guru.
Penutup (… menit)
1)
Guru
melakukan tanya jawab dengan peserta untuk membuat rangkuman dan atau kesimpulan
mengenai ciri-ciri dari klasis hewan
berbuku-buku.
2)
Guru
memberikan tugas membuat insektarium secara berkelompok.
3)
Peserta
didik membersihkan lantai kelas dan membuang sampah pada tempatnya
6.
Sistem Penilaian
Dalam
strategi pembelajaran discovery learning,
penilaian dapat dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes. Sedangkan
penilaian yang digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau
penilaian hasil kerja peserta didik. Jika bentuk penilainnya berupa penilaian
kognitif, maka dalam strategi pembelajaran
discovery learning dapat menggunakan
tes tertulis.
D. LEMBAR KERJA
Buatlah skenario pembelajaran dengan menggunakan strategi
discovery learning !
Sekolah : ………………………………………...
Mata Pelajaran :
…………………………………………
Kelas / Semester :
………………………………………...
Materi : …………………………………………
Alokasi Waktu :
…………………………………………
1.
Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
No.
|
Kompetensi
Dasar
|
Indikator
Pencapaian Kompetensi
|
a.
|
|
|
b.
|
|
|
c.
|
|
|
2. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran
A. KegiatanPendahuluan
1.…………………………………………………………………...........
2.………………………………………………………..........................
3…………………………………………………………………...........
4…………………………………………………………………………
B. Kegiatan Inti
1.Stimulation
(stimulasi/pemberian rangsangan) …………………….............
………………………………………………………………….......
2. Problem statement (pernyataan/ identifikasi
masalah)………………....
..................................................................................................
3.Data collection (Pengumpulan Data). …………………………………
4.Data Processing (Pengolahan Data) ……………..............................
5.Verification (Pembuktian)
……………………………………………..
…………………………………………………………...............
6: Generalization (menarik
kesimpulan/generalisasi)
………………………………………………………………………
………………………………………………………………………
C.KegiatanPenutup
1:…………………………………………………………........................
2:.…………………………………………………………………….........
3:………………………………………………………………………….
4:…………………………………………………………………………..
|
E.
LATIHAN
Kerjakanlah
soal-soal latihan dibawah ini secara individu.
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Penilaian diri ?
2. Menurut Bruner
perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang meliputi : enactiv, iconic, dan symbolic,
Jelaskan pengertian dimaksud dengan tahapan
iconic ?
3.
Sebutkan 5 kelebihan penerapan pendekatan discovery learning dalam pembelajaran ?
4. Jelaskan Langkah Persiapan strategi Discovery
Learning..?
5. Jelaskan dua bentuk soal tes tertulis, pada strategi Discovery Learning..?
F. RANGKUMAN
Discovery terjadi
bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk
menemukan beberapa konsep atau
prinsip yang sebelumnya tidak diketahui.
Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi,
penentuan dan inferi.
Dalam
Konsep Belajar, sesungguhnya strategi discovery
learning
merupakan pembentukan kategori-kategori atau konsep-konsep, yang dapat
memungkinkan terjadinya generalisasi.
Pada
akhirnya yang menjadi tujuan dalam strategi discovery learning
menurut Bruner adalah hendaklah guru memberikan kesempatan kepada muridnya
untuk menjadi seorang problem solver,
seorang scientist, historin, atau ahli matematika.
Langkah-langkah
dalam mengaplikasikan model discovery
learning di kelas adalah sebagai berikut:
1.
Langkah persiapan strategi discovery
learning.
2.
Prosedur aplikasi strategi discovery
learning
Dalam
strategi pembelajaran discovery
learning,
penilaian dapat
dilakukan dengan menggunakan tes maupun non tes. Sedangkan penilaian yang
digunakan dapat berupa penilaian kognitif, proses, sikap, atau penilaian hasil
kerja peserta didik.
G. REFLEKSI
1.
Apa saja yang dapat saudara lakukan terkait dengan materi ini?
2.
Pengalaman baru apa yang saudara peroleh dari materi ini?
3.
Manfaat apa yang diperoleh dari materi ini?
4.
Aspek menarik apa yang saudara temukan dari materi ini?
5.
Apa rencana yang saudara akan lakukan untuk menerapkan materi ini?

KEGIATAN BELAJAR -
3
PROJECT
BASED LEARNING
A. KOMPETENSI
Memahami
Strategi
pembelajaran project based learning (pembelajaran berbasis proyek).
B.
INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
Menjelaskan konsep
dasar strategi pembelajaran berbasis proyek
Merancang langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek
C. URAIAN MATERI:
1.
Pengertian pembelajaran berbasis Proyek (PBP)
Kleil, et al
(2009) mendefinisikan pembelajaran berbasis proyek (Project-based learning) sebagai “the instructional strategy of empowering learners to
pursue content knowledge on their own and demonstrate their new understandings
through a variety of presentation modes”.
Sementara itu Intel Corporation (2007) memberikan definisi terhadap
pembelajaran berbasis proyek sebagai “an instructional model that involves students in
investigations
of compelling problems that culminate in authentic products”. Definisi yang lebih lengkap terhadap pembelajaran
berbasis proyek dapat ditemukan dalam pendapat Barell, Baron, dan Grant yang
meberikan pengertian PBP sebagai “using
authentic, real-world project, based on a highly motivating and engaging
question, task, or problem to teach students academic content in the context of
working cooperatively to solve the problem” (Dalam Bender, 2012).
Mengacu pada beberapa
definisi di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran berbasis proyek (PBP)
merupakan
strategi
pembelajaran yang
menggunakan proyek/kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. Penekanan pembelajaran terletak
pada aktivitas peserta
didik untuk memecahkan masalah dengan menerapkan keterampilan meneliti, menganalisis, membuat, sampai dengan
mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata.
Strategi ini memperkenankan pesera didik untuk bekerja
secara mandiri maupun berkelompok dalam mengkostruksikan produk otentik yang
bersumber dari masalah nyata dalam kehidupan sehari-hari..
Oleh karena itu, pembelajaran berbasis
proyek (PBP) merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalaman nyata. PBP dilakukan secara sistematik yang mengikutsertakan peserta
didik dalam
pembelajaran sikap, pengetahuan dan keterampilan
melalui investigasi dalam perancangan produk. PBP merupakan
strategi pembelajaran yang
inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang
kompleks. Pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek
memberi kesempatan peserta didik
berpikir kritis dan mampu mengembangkan kreativitasnya melalui pengembangan
inisiatif untuk menghasilkan
produk nyata berupa barang atau jasa.
Pada PBP, peserta didik terlibat secara aktif dalam memecahkan
masalah yang ditugaskan oleh guru dalam bentuk suatu proyek. Peserta didik aktif mengelola pembelajarannya dengan bekerja secara nyata yang menghasilkan produk riil. PBP dapat mereduksi kompetisi di dalam kelas dan
mengarahkan peserta didik lebih kolaboratif daripada bekerja sendiri-sendiri. Di
samping itu PBP dapat juga dilakukan secara mandiri melalui bekerja mengkonstruk
pembelajarannya melalui pengetahuan serta
keterampilan baru, dan mewujudkannya dalam produk nyata.
2.
Prinisp-prinsip pembelajaran berbasis proyek (PBP)
Sebagaimana telah
diurakan di atas bahwa sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi dalam PBP menggunakan
tugas proyek
sebagai strategi pembelajaran. Para peserta
didik bekerja
secara nyata, memecahkan persoalan di dunia nyata yang dapat menghasilkan solusi
berupa produk atau hasil
karya secara nyata
atau realistis.
Prinsip yang mendasari pembelajaran
berbasis proyek adalah:
a.
Pembelajaran berpusat pada peserta
didik yang melibatkan tugas-tugas pada kehidupan nyata untuk memperkaya
pembelajaran.
b.
Tugas proyek menekankan pada
kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema atau topik yang telah ditentukan
dalam pembelajaran.
c.
Penyelidikan atau eksperimen
dilakukan secara otentik dan menghasilkan produk nyata yang telah dianalisis
dan dikembangkan berdasarkan tema/topik yang disusun dalam bentuk produk
(laporan atau hasil karya). Produk, laporan atau hasil karya tersebut
selanjutnya dikomunikasikan untuk mendapat tanggapan dan umpan balik untuk
perbaikan proyek berikutnya.
3.
Manfaat pembelajaran berbasis Proyek (PBP)
Pembelajaran berbasis proyek merupakan strategi pembelajaran yang
berfokus pada peserta didik dalam
kegiatan pemecahan masalah dan tugas-tugas bermakna lainya. Pelaksanaan PBP
dapat memberi peluang pada peserta
didik untuk bekerja mengkonstruk tugas yang diberikan guru yang
puncaknya dapat
menghasilkan
produk karya peserta didik. Manfaat
Pembelajaran berbasis
proyek (PBP) diantaranya adalah sebagai
berikut:
a) Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam
pembelajaran
b)
Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah.
c)
Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah yang kompleks
dengan hasil produk nyata berupa barang atau jasa.
d)
Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam
mengelola sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan tugas.
e)
Meningkatkan kolaborasi peserta
didik khususnya pada PBP yang bersifat kelompok.
Pembelajaran
berbasis proyek yang efektif, menurut Klein, et al (2009) harus memiliki karakteristik sebagai berikut:
·
Leads students to investigate important ideas and
questions
·
Is framed around an inquiry process
·
Is differentiated according to student needs
and interests
·
Is driven by student independent production and
presentation rather than teacher delivery of information
·
Requires the use of creative thinking, critical
thinking, and information skills to investigate, draw
·
conclusions about, and create content
·
Connects to real world and authentic problems
and issues
4.
Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek
Dalam PBP, peserta didik diberikan tugas dengan
mengembangkan tema/topik dalam pembelajaran dengan melakukan kegiatan proyek
yang realistik. Di samping itu, penerapan pembelajaran
berbasis proyek ini mendorong tumbuhnya kreativitas,
kemandirian, tanggung jawab, kepercayaan diri, serta berpikir kritis dan analitis pada peserta
didik.
Secara
umum, langkah-langkah Pembelajaran berbasis proyek (PBP) dapat
dijelaskan sebagai berikut.
![]() |
Gambar 1: Langkah-Langkah Pembelajaran
Berbasis Proyek
Diadaptasi
dari Keser & Karagoca (2010)
Berdasarkan bagan di atas, kegiatan yang harus dilakukan pada setiap langkah PBP adalah sebagai berikut:
a.
Penentuan proyek
Pada langkah ini, peserta didik
menentukan tema/topik
proyek berdasarkan tugas
proyek yang diberikan
oleh guru. Peserta didik diberi kesempatan untuk memilih/menentukan proyek yang
akan dikerjakannya baik secara kelompok ataupun mandiri dengan catatan tidak
menyimpang dari tugas yang diberikan guru.
b.
Perancangan langkah-langkah
penyelesaian proyek
Peserta didik merancang langkah-langkah
kegiatan penyelesaian proyek
dari awal sampai akhir beserta pengelolaannya. Kegiatan perancangan proyek ini berisi aturan main dalam pelaksanaan tugas proyek, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung
tugas proyek, pengintegrasian berbagai kemungkinan penyelesaian tugas proyek, perencanaan sumber/bahan/alat yang dapat mendukung penyelesaian
tugas proyek, dan kerja sama antar anggota kelompok.
c.
Penyusunan jadwal
pelaksanaan proyek
Peserta didik di bawah pendampingan guru
melakukan penjadwalan semua kegiatan yang telah dirancangnya. Berapa lama proyek itu harus
diselesaikan tahap demi tahap.
d.
Penyelesaian proyek
dengan fasilitasi dan monitoring guru
Langkah ini merupakan langkah
pengimplementasian rancangan proyek
yang telah dibuat. Aktivitas yang dapat
dilakukan dalam kegiatan proyek di antaranya adalah dengan
a) membaca, b) meneliti, c) observasi, d) interviu, e) merekam, f) berkarya
seni, g) mengunjungi objek proyek, atau h) akses internet. Guru
bertanggung jawab memonitor aktivitas peserta didik
dalam melakukan tugas proyek mulai proses hingga penyelesaian proyek. Pada
kegiatan monitoring, guru membuat rubrik yang akan dapat merekam aktivitas
peserta didik dalam menyelesaikan tugas proyek.
e.
Penyusunan laporan
dan presentasi/publikasi hasil proyek
Hasil proyek dalam bentuk produk, baik
itu berupa produk karya tulis, karya seni, atau karya teknologi/prakarya
dipresentasikan dan/atau dipublikasikan kepada peserta didik yang lain dan guru
atau masyarakat dalam bentuk pameran produk pembelajaran.
f.
Evaluasi proses dan hasil
proyek
Guru dan peserta didik pada akhir proses pembelajaran melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil tugas proyek.
Proses refleksi pada tugas proyek dapat dilakukan secara individu maupun
kelompok. Pada tahap evaluasi, peserta didik diberi kesempatan mengemukakan
pengalamannya selama menyelesaikan tugas proyek yang berkembang dengan diskusi
untuk memperbaiki kinerja selama menyelesaikan tugas proyek. Pada
tahap ini juga dilakukan umpan balik terhadap proses dan produk yang telah dihasilkan.
5.
Contoh Langkah Pembelejaran berbasis proyek.
|
Kompetensi
Dasar
|
Langkah Pembelajaran
Kegiatan
|
Deskripsi kegiatan
|
Alokasi waktu
|
Pendahuluan
|
1)
Guru
melakukan apersepsi tentang peranan bakteri yang menguntungkan dan merugikan
bagi manusia.
( pertanyaan mendasar)
2)
Bagaimanakah upaya yang dapat dilakukan untuk
memanfaatkan bakteri yang mengun tungkan kehidupan manusia ?
3)
Guru
memberikan tugas proyek yang harus diteliti siswa secara berkelompok tentang
peranan bakteri yang menguntungkan bagi manusia.
|
..menit
|
Kegiatan inti
|
Menyusun Perencanaan Proyek.
1. Peserta didik
secara berkelompok menentukan proyek yang akan dikerjakan, menentukan judul
atau permasalahan yang akan dikerjakan.
2.
Guru menyampaikan kriteria penilaian proyek yang dilakukan siswa
3.
Peserta didik secara berkelompok merancang tahapan penyelesai-an
proyek yang akan dilakukan (misal pemanfaatan bakteri Acetobacter
xylinum dalam pembuatan nata de coco).
Siswa menentukan alat bahan yang diperlukan, (air kelapa 1,5 l, 30 gr gula
pasir, 30 gram pupuk ZA, 10 ml asam cuka, 125 starter, Plastik penutup
loyang, Loyang) antisipasi keselamatan kerja (baik peserta didik maupun
peralatan yang dipakai).
4.
Mengkonsultasi tahapan penyelesaian
proyek kepada guru pembimbing.
Menyusun Jadwal Proyek
Peserta didik menyusun jadwal kegiatan penyele saian
proyek yang meliputi
:
1.
penyediaan alat dan bahan percobaan.
2.
praktek pembuatan nata de coco
3.
penambahan stater pada media
4.
pengamatan harian
5.
penyusunan laporan
Monitoring
Peserta didik melakukan pengamatan harian hasil
pengerjaan proyek (pembuatan nata decoco) selama satu hari untuk mengikuti
perkembangan hasil.
Evaluasi Pengalaman
Guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan dan produk yang
telah dilakukan.
|
..menit
|
Penutup
|
1. Guru dengan Tanya jawab dengan peserta
membuat rangkuman atau kesimpu;an tentang peranan bakteri dalam kehidupan
manusia.
2. Guru memberikan tugas lanjut untuk
memacu kreativitas siswa tentang pemanfaatan bakteri dalam kehidupan
manusia.
|
..menit
|
Catatan: Contoh untuk jenjang pendidikan SD, SMP, SMK dapat dilihat
dalam file softcopy.
6.
Penilaian dalam pembelajaran berbasis Proyek (PBP)
Penilaian yang digunakan dalam pembelajaran berbasis proyek
meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Penilaian diperoleh dari
kegiatan peserta didik yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu
mulai dari
perencanaan, penyusunan jadwal, penyelesaian proyek, penyusunan laporan, dan evaluasi proses dan hasil proyek.
Pada penilaian tugas proyek perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
a.
Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik
dalam memilih tema/topik yang relevan dengan bahasan materi pelajaran, mengelola
waktu (tugas, materi dan aktivitas) sesuai perencanaan proyek, mencari serta menemukan informasi/produk
sesuai dengan jenis tugas proyek dan penulisan laporan.
b.
Relevansi
Kesesuaian hasil tugas
proyek dengan materi pelajaran yang diberikan guru dengan mempertimbangkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan peserta didik dalam pembelajaran.
c.
Keaslian
Produk atau hasil karya
tugas proyek yang dikerjakan peserta didik harus merupakan hasil karyanya
sendiri baik secara individu maupun kelompok.
Langkah penilaian proyek
pada dasarnya dapat dibagi kedalam dua langkah, yaitu menyusun instrumen
penilaian proyek dan membuat rubrik penilaian. Penyusunan instrumen penilaian
proyek disusun berdasarkan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran, sedangkan
rubrik penilaian disusun berdasarkan aspek-aspek penilaian yang disusun dalam
istrumen penilaian.
Penilaian dalam pembelajaran
berbasis proyek mencakup pengetahuan, ketrampilan dan kinerja. Penilaian pengetahuan dan ketrampilan dapat dilakukan
melalui penugasan individu/kelompok. Penilaian kinerja dilengkapi dengan
laporan tertulis yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan
suatu kompetensi tertentu. Instrumen yang digunakan berupa tugas-tugas belajar
(learning tasks) meliputi kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan
pelaporan secara tertulis, lisan maupun praktik. Pelaksanaan penilaian dapat
menggunakan daftar cek atau skala penilaian.
Penilaian
pada pembelajaran berbasis proyek juga dapat dilakukan dengan menilai produk
yang dihasilkan. Penilaian produk dilakukan pada tugas yang menekankan pada
produk teknologi maupun karya seni. Sementara
itu, penilaian sikap dapat
dilakukan dengan bentuk penilaian observasi, penilaian diri, penilaian “teman
sejawat” (peer evaluation), dan penilaian jurnal oleh peserta didik.
Instrumen yang digunakan untuk observasi, penilaian diri, dan penilaian antar
peserta didik adalah daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang
disertai rubrik
D.
LEMBAR KERJA
Buatlah contoh langkah-langkah strategi
pembelajaran berbasis proyek dalam kegiatan pembelajaran di sekolah!
Sekolah :
................................
Mata Pelajaran :
................................
Kelas/Semester :.................................
Materi Pokok : …………………….
Alokasi Waktu :
…………………….
1.
Kompetensi Dasar dan Indikator
No.
|
Kompetensi
Dasar
|
Indikator
Pencapaian Kompetensi
|
1.1.
|
|
|
2.1.
|
|
|
3. 1.
|
|
|
4. 1.
|
|
|
2.
Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan
|
Deskripsi
|
Alokasi
Waktu
|
Pendahuluan
|
|
|
Inti
|
|
|
Penutup
|
Evaluasi
|
|
E.
LATIHAN
Kerjakanlah soal latihan dibawah ini secara individu.
1.
Jelaskan pengertian Pembelajaran Berbasis Projek (Project-based-learning)
2.
Jelaskan prinsip-prinsip yang mendasari pembelajaran berbasis projek (PBP)
3.
Jelaskan langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Projek (PBP)
4.
Bagaimana bentuk penilaian yang digunakan
dalam pembelajaran berbasis projek
5.
Buatlah contoh format sebagai contoh instrumen
penilaian kinerja berbasis projek
F.
RANGKUMAN
Pembelajaran berbasis proyek
merupakan salah satu strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dalam pembelajaran berbasis
proyek, peserta didik diberi kesempatan yang seluas-luasnya mengelola proses
pembelajarannya mulai dari mengidentifikasi masalah, pemecahan masalah,
pengambilan keputusan, sampai kepada menghasilkan produk atau hasil karya lain
untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Dengan strategi pembelajaran berbasis
proyek peserta didik didorong untuk bekerja mandiri, berfikir kritis,
bertanggung jawab terhadap proses belajarnya dan pembelajar seumur hidup (lifelong
learners). Dengan demikian diharapkan peserta didik mampu mengembangkan
cara belajar bekerja dengan orang lain dalam kehidupan dewasa kelak. Oleh
karena itu pembelajaran berbasis proyek tidak hanya berkenaan dengan cara
belajar tetapi juga bekerja bersama (working together).
G.
REFLEKSI
- Apa
saja yang sdah saudara lakukan terhadap materi
ini?
- Pengalaman baru apa yang saudara peroleh dari
materi ini ?
- Manfaat saja yang dapat saurada peoleh dari
materi ini?
- Aspek menarik apa yang saudara teumukan dari
materi ini? yang ibu/bapak pahami setelah mempelajari
materi ini?
- Apa rencana yang saudara akan lakukan untuk
menerapkan materi ini?

KEGIATAN BELAJAR -
4
PROBLEM BASED LEARNING
A.
KOMPETENSI
Memahami strategi pembelajaran discovery learning, project based learning,
dan problem based learning.
B.
INDIKATOR PEMBELAJARAN
1.
Mengidentifikasi
karakteristik strategi pembelajaran
problem based learning
2.
Merancang
langkah-langkah problem based learning dalam
pembelajaran
C.
URAIAN MATERI
Pembelajaran
Berbasis Masalah (Problem-Based Learning), selanjutnya disingkat PBM,
mula-mula dikembangkan pada sekolah kedokteran di Ontario Kanada pada 1960-an
(Barrows, 1996). Strategi ini dikembangkan sebagai respon atas fakta bahwa para
dokter muda yang baru lulus dari sekolah kedokteran itu memiliki pengetahuan
yang sangat kaya, tetapi kurang memiliki keterampilan memadai untuk
memanfaatkan pengetahuan tersebut dalam praktik sehari-hari. Perkembangan
selanjutnya, PBM secara lebih luas diterapkan di berbagai mata pelajaran di
sekolah maupun perguruan tinggi.
1.
Pengertian PBM
PBM adalah pembelajaran
yang menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur (ill-structured) dan bersifat terbuka
sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan
menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan
baru. Berbeda dengan pembelajaran konvensional
yang menjadikan masalah nyata sebagai penerapan konsep, PBM menjadikan masalah
nyata sebagai pemicu bagi proses belajar peserta didik sebelum mereka mengetahui
konsep formal. Peserta didik secara kritis mengidentifikasi informasi dan
strategi yang relevan serta melakukan penyelidikan untuk menyelesaikan masalah
tersebut. Dengan menyelesaikan masalah tersebut peserta didik memperoleh atau
membangun pengetahuan tertentu dan sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir
kritis dan keterampilan menyelesaikan masalah. Mungkin, pengetahuan yang
diperoleh peserta didik tersebut masih bersifat informal. Namun, melalui proses
diskusi, pengetahuan tersebut dapat dikonsolidasikan sehingga menjadi
pengetahuan formal yang terjalin dengan pengetahuan-pengetahuan yang telah
dimiliki peserta didik.
Berbagai penelitian mengenai penerapan
PBM menunjukkan hasil positif. Misalnya, hasil penelitian Gijselaers (1996)
menunjukkan bahwa penerapan PBM menjadikan peserta didik mampu mengidentifikasi
informasi yang diketahui dan diperlukan serta strategi yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah. Jadi, penerapan PBM dapat meningkatkan kemampuan peserta
didik dalam menyelesaikan masalah.
2.
Tujuan PBM
Tujuan utama PBM bukanlah penyampaian
sejumlah besar pengetahuan kepada peserta didik, melainkan pada pengembangan
kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus
mengembangkan kemampuan peserta didik untuk secara aktif membangun pengetahuan
sendiri. PBM juga dimaksudkan untuk mengembangkan kemandirian belajar dan
keterampilan sosial peserta didik. Kemandirian belajar dan keterampilan sosial
itu dapat terbentuk ketika peserta didik berkolaborasi untuk mengidentifikasi informasi,
strategi, dan sumber belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah.
3.
Prinsip-prinsip PBM
Prinsip utama PBM adalah penggunaan
masalah nyata sebagai sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan
dan sekaligus mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan pemecahan
masalah. Masalah nyata adalah
masalah yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung apabila
diselesaikan.
Pemilihan
atau penentuan masalah nyata ini dapat dilakukan oleh guru maupun peserta didik
yang disesuaikan kompetensi dasar tertentu. Masalah itu bersifat terbuka (open-ended problem),
yaitu masalah yang memiliki banyak jawaban
atau strategi penyelesaian yang mendorong keingintahuan peserta didik untuk
mengidentifikasi strategi-strategi dan solusi-solusi tersebut. Masalah itu juga
bersifat tidak terstruktur dengan baik (ill-structured)
yang tidak dapat diselesaikan secara langsung dengan cara menerapkan formula
atau strategi tertentu, melainkan perlu informasi lebih lanjut untuk memahami
serta perlu mengkombinasikan beberapa strategi atau bahkan mengkreasi strategi
sendiri untuk menyelesaikannya.
Kurikulum 2013 menurut Permendikbud
nomor 81a tahun 2013 tentang implementasi kurikulum, menganut pandangan dasar
bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan
begitu saja dari guru ke peserta didik. Peserta didik adalah subjek yang
memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan
menggunakan pengetahuan. Di dalam PBM pusat pembelajaran adalah peserta didik (student-centered), sementara guru
berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi peserta didik untuk secara
aktif menyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya secara
berpasangan ataupun berkelompok (kolaborasi antar peserta didik)
4.
Langkah-langkah PBM
Pada dasarnya, PBM diawali dengan
aktivitas peserta didik untuk menyelesaikan masalah nyata yang ditentukan atau
disepakati. Proses penyelesaian masalah tersebut berimplikasi pada terbentuknya
keterampilan peserta didik dalam menyelesaikan masalah dan berpikir kritis
serta sekaligus membentuk pengetahuan baru. Proses tersebut dilakukan dalam
tahapan-tahapan atau sintaks pembelajaran yang disajikan pada Tabel 1 berikut.
Tabel 1. Sintaks atau Langkah-Langkah
PBM
Tahap
|
Aktivitas Guru dan Peserta didik
|
Tahap 1
Mengorientasikan peserta didik terhadap masalah
|
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan
sarana atau logistik yang dibutuhkan. Guru memotivasi peserta
didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah nyata yang dipilih atau ditentukan
|
Tahap 2
Mengorganisasi
peserta didik untuk belajar
|
Guru
membantu peserta
didik mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah yang sudah diorientasikan pada tahap
sebelumnya.
|
Tahap 3
Membimbing
penyelidikan individual maupun kelompok
|
Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dan melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan kejelasan
yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.
|
Tahap 4
Mengembangkan
dan menyajikan hasil karya
|
Guru membantu peserta didik
untuk berbagi tugas dan merencanakan atau menyiapkan karya yang sesuai sebagai hasil
pemecahan masalah dalam bentuk laporan, video, atau model.
|
Tahap 5
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
|
Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses
pemecahan masalah yang dilakukan
|
(Sumber: Nur, 2011)
Tahapan-tahapan PBM yang dilaksanakan
secara sistematis berpotensi dapat mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
menyelesaikan masalah dan sekaligus dapat menguasai pengetahuan yang sesuai
dengan kompetensi dasar tertentu. Tahapan-tahapan PBM tersebut dapat
diintegrasikan dengan aktivitas-aktivitas pendekatan saintifik sesuai dengan
karakteristik pembelajaran dalam Kurikulum 2013 sebagaimana tertera pada
Permendikbud No. 81a Tahun 2013. Aktivitas-aktivitas tersebut adalah mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi/eksperiman, mengasosiasikan/mengolah informasi,
dan mengkomunikasikan.
5.
Contoh Kegiatan PBM
Sesuai dengan Permendikbud No. 65 tahun
2013 tentang standar proses, kegiatan pembelajaran terdiri atas tiga tahap,
yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Tahapan 1 PBM dapat dikategorikan sebagai
bagian dari tahapan pendahuluan. Sementara tahapan 2, 3, 4, dan 5 merupakan
tahapan inti. Namun, tahapan 5 dapat pula dikategorikan sebagai tahapan penutup.
Dalam kegiatan pembelajaran, beberapa peserta didik mungkin memerlukan
penguatan/pengayaan dan beberapa lainnya memerlukan remidi. Kegiatan
penguatan/pengayaan dilakukan untuk memperkuat dan memperkaya pemahaman peserta
didik yang telah mencapai atau melampaui pencapaian kompetensi minimal.
Pengayaan dapat berbentuk tugas proyek yang dilakukan di luar jam pelajaran. Di
sisi lain, kegiatan dilakukan untuk memfasilitasi dan membantu peserta didik
yang belum mencapai penguasaan kompetensi minimal yang ditentukan.
Berikut adalah contoh kegiatan PBM,
khsususnya pada mata pelajaran IPA, yang terdiri atas tahapan pendahuluan,
inti, dan penutup.
a.
Pendahuluan
Pada
tahap ini, dilakukan Tahap 1 sintaks PBM,
yaitu mengorientasi peserta didik pada masalah. Masalah tersebut
dapat disajikan dalam bentuk gambar, diagram, film pendek, atau power point. Misalnya, dalam pelajaran
IPA, masalah tersebut terkait dengan aktivitas pendiduk yang membuang limbah
rumah tangga secara liar ke lingkungan sekitar. Setelah peserta didik
mencermati (mengamati) sajian
masalah, guru mengajukan pertanyaan pengarah (menanya) untuk mendorong peserta didik memprediksi atau mengajukan
dugaan (hipotesis) mengenai dampak dari pembuangan limbah rumah tangga, seperti
deterjen, terhadap kehidupan organisme. Selanjutnya, guru menginformasikan
tujuan pembelajaran.
b.
Inti
Tahapan
inti mencakup tahap-tahap 2, 3, 4, dan 5 dalam sintaks PBM.
1)
Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar (Tahap
2)
a) Melalui kegiatan tanya jawab (menanya), guru mengingatkan kembali
langkah-langkah atau metode ilmiah. Metode ilmiah tersebut dapat disajikan
dalam bentuk bagan.
b) Guru mengorganisasi peserta didik
untuk belajar dalam bentuk diskusi kelompok kecil. Guru dapat menjelaskan lebih rinci alternatif-alternatif strategi untuk
menyelesaikan masalah yang ditentukan, yaitu terkait dengan dampak pembuangan
limbah terhadap kehidupan organisme.
c) Guru membimbing peserta didik
secara individual maupun kelompok dalam merancang eksperimen untuk menguji
dugaan (hipotesis) yang diajukan. Masing-masing kelompok mempresentasikan
hipotesis dan rancangan eksperimennya untuk mendapat saran dari kelompok lain
maupun dari guru. Kelompok-kelompok lain maupun guru dapat memberikan penilaian
dan saran terhadap presentasi tersebut. Kelompok yang dinilai paling baik
memperoleh penghargaan.
2)
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
(Tahap 3)
a)
Guru memberi bimbingan kepada peserta didik untuk
melakukan penyelidikan atau eksperimen. Bimbingan tersebut meliputi pengumpulan informasi yang
berkaitan dengan materi yang diangkat dalam
permasalahan, misalnya mengenai
pengaruh deterjen terhadap kehidupan organisme dan faktor-faktor lain
yang mempengaruhinya.
b)
Kelompok peserta didik
melakukan eksperimen berdasarkan rancangan yang telah mereka buat dengan
bimbingan guru (experimenting). Perangkat eksperimen diletakkan di tempat yang
mudah diamati setiap hari. Guru membimbing kelompok yang mengalami kesulitan.
3)
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya (Tahap 4)
Peserta
didik dalam kelompok mengembangkan laporan hasil penelitian sesuai format yang
sudah disepakati. Kelompok terpilih mempresentasikan hasil eksperimen (mengomunikasi).
Setiap kelompok diberi waktu 10 menit. Kelompok
lain menanggapi hasil presentasi dan guru memberikan umpan balik.
4)
Menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
(Tahap 5)
a)
Guru
bersama peserta didik menganalisis dan mengevaluasi terhadap proses pemecahan
masalah yang dipresentasikan setiap kelompok maupun terhadap seluruh aktivitas
pembelajaran yang dilakukan.
b)
Guru
memberikan penguatan (mengasosiasi)
terkait penguasaan pengetahuan atau konsep tertentu, misalnya dampak deterjen
terhadap kehidupan organisme.
c.
Penutup
Dengan
bimbingan guru, peserta didik menyimpulkan hasil diskusi. Guru dapat melakukan
kegiatan pengayaan bagi peserta didik yang telah mencapai ketuntasan. Sebaliknya, guru
dapat memberikan remidi bagi peserta didik yang belum mencapai ketuntasan.
Sekolah
|
:
SMA Mutiara Bangsa
|
Mata
pelajaran
|
:
Bahasa Inggris
|
Kelas/semester
|
:
X/1
|
Materi
pokok
|
:
Teks deskriptif lisan dan tulis, sederhana, tentang orang, tempat wisata, dan
bangunan bersejarah terkenal
|
![]() |
: 2 JP
|
|
|
Kompetensi Dasar (KD)
1.1
|
Mensyukuri kesempatan
dapat mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar komunikasi
internasional yang diwujudkan dalam semangat belajar
|
2.3
|
Menunjukkankan perilaku tanggung jawab, peduli, kerjasama, dan cinta
damai, dalam melaksanakan komunikasi fungsional
|
3.7
|
Menganalisis fungsi
sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan pada teks deskriptif sederhana
tentang orang, tempat wisata, dan bangunan bersejarah terkenal, sesuai dengan
konteks penggunaannya.
|
|
Indikator:
|
|
§ Mengidentifikasi fungsi sosial,
struktur teks, dan unsur kebahasaan dari teks deskriptif
|
|
§ Membandingkan teks deskripsi dalam
bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia
|
4.8
|
Menangkap makna dalam
teks deskriptif lisan dan tulis
sederhana.
|
|
Indikator:
|
|
§ Menceritakan kembali teks deskriptif
secara lisan dan tulisan
|
4.9
|
Menyunting teks deskriptif lisan dan tulis, sederhana, tentang orang,
tempat wisata, dan bangunan bersejarah terkenal, dengan memperhatikan fungsi
sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan yang benar dan sesuai konteks.
|
|
Indikator:
|
|
§ Menyunting
teks dari segi struktur dan kebahasaan
|
|
§
Melengkapi teks yang belum sempurna
|
4.10
|
Menyusun teks
deskriptif lisan dan tulis sederhana tentang orang, tempat wisata, dan
bangunan bersejarah terkenal, dengan memperhatikan tujuan, struktur teks, dan
unsur kebahasaan, secara benar dan sesuai dengan konteks
|
|
Indikator:
|
|
§ Mengelompokkan
teks sesuai dengan fungsi sosial,
struktur teks, dan unsur kebahasaan
|
|
§
Membuat
kliping deskripsi tentang orang, tempat wisata atau bangunan bersejarah yang
mereka sukai
|
Pertemuan Ke...
Pendahuluan (...
menit)
1. Peserta didik
berdoa dan mempersiapkan diri untuk mengikuti proses pembelajaran
2. Guru mengecek
kehadiran peserta didik
3. Guru memberikan motivasi belajar
4. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang
akan dicapai (Tahap
1: mengorientasi peserta didik pada masalah)
Kegiatan Inti (... menit)
1. Peserta
didik mengamati gambar sebuah pantai
yang tidak terurus dengan menggunakan worksheet
1. (Tahap 1: mengorientasi
peserta didik pada masalah)
2. Peserta
didik bertanya
tentang gambar yang diperlihatkan. Contohnya: “Where is the beach located?, “Why
is the beach dirty?”, “Is there
anybody responsible for the rubbish?”
3. Peserta
didik mengemukakan pendapatnya (mengkomunikasikan)
tentang gambar di atas.
4. Guru membentuk peserta didik dalam
kelompok, kemudian memberikan teks deskriptif.
5. Peserta didik membaca (mengamati) teks deskripsi yang
diberikan oleh guru (Tahap 2: mengorganisasi
peserta didik untuk belajar).
6. Dengan bimbingan guru, peserta didik
menggaris bawahi (mengumpulkan informasi)
fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan dari teks yang dibaca.
Kemudian menuliskannya di worksheet
2. (Tahap 3: membimbing penyelidikan
individual maupun kelompok)
7. Peserta didik mendiskusikan hasil
kerjanya (mengkomunikasikan) dengan
kelompok yang lain dan dikonfirmasi oleh guru. (Tahap 4: mengembangkan dan menyajikan hasil karya)
8. Dengan bimbingan guru, peserta didik
merefleksi aktivitas pembelajaran yang telah dilakukan. (Tahap 5: menganalisis
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah)
9. Guru memberikan penguatan (mengasosiasi) terkait materi yang telah
dibahas.
Kegiatan Penutup (... menit)
1. Guru memberikan umpan balik.
2. Guru bersama-sama peserta didik membuat
rangkuman materi yang telah mereka pelajari.
3. Guru
memberikan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas (secara
berkelompok).
4. Guru
menjelaskan informasi rencana kegiatan pembelajaran untuk
pertemuan berikutnya.

Worksheet
1
Pay attention to the picture below
and make questions based on it.
|
Questions:
1. ........................................................................................................................?
2.
........................................................................................................................?
3. ........................................................................................................................?
etc.
Descriptive
text
![]() |
Worksheet
2

Group : .
Text’s tittle : .
Sosial
function
|
Text
structure
|
Language
feature
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
etc.
7.
Teknik penilaian dalam PBM
Sebetulnya tidak ada teknik penilaian
khusus yang diperuntukkan dalam PBM. Hal yang penting bagi guru adalah dapat
mengumpulkan informasi penilaian yang valid
dan reliabel. Mengingat tujuan
PBM bukan untuk pemerolehan sejumlah besar pengetahuan deklaratif, maka penilaian
tidak cukup hanya melalui tes tertulis. Sesuai tujuan PBM, secara spesifik
penilaian dalam PBM dapat ditujukan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah
atau kemampuan berpikir kritis.
Penilaian kinerja dipandang cocok dalam
PBM. Penilaian kinerja memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dapat
mereka lakukan bila dihadapkan pada situasi-situasi masalah nyata, sehingga
dapat digunakan untuk mengukur potensi pemecahan masalah peserta didik di
samping kemampuan kerja kelompok. Penilaian kinerja tersebut dilakukan dalam
bentuk checklists dan rating scale.
PBM memfasilitasi peserta didik untuk
mengembangkan keterampilan sosial atau keterampilan kolaboratif melalui
aktivitas diskusi. Keterampilan tersebut dapat meliputi keterampilan bekerja
sama, keterampilan interpersonal, dan peran aktif dalam kesuksesan kelompok.
Keterampilan tersebut dapat dinilai melalui observasi.
D.
LEMBAR KERJA
Buatlah
contoh penerapan strategi pembelajaran berbasis masalah dalam kegiatan pembelajaran !
Sekolah : ...............................
Mata Pelajaran :
................................
Kelas/Semester :.................................
Materi Pokok :
…………………….
Alokasi Waktu :
…………………….
A.
Kompetensi Dasar dan Indikator
No.
|
Kompetensi
Dasar
|
Indikator
Pencapaian Kompetensi
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
- Langkah-Langkah Pembelajaran
Kegiatan
|
Deskripsi
|
Alokasi
Waktu
|
Pendahuluan
|
1. …………………………………..
2. ………………………………….
dst
|
|
Inti
|
1. …………………………………..
2. ………………………………….
dst
|
|
Penutup
|
1. …………………………………..
2. ………………………………….
dst
|
|
E. Latihan
Kerjakanlah
soal-soal latihan di bawah ini secara individu
1. Apakah yang dimaksud dengan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) sangat diperlukan dalam pembelajaran dewasa ini
karena …
2.
Apakah yang
dimaksud dengan Prinsip-prinsip Problem Based Learning (PBL) ?
3. Jelaskan pengertian pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centered), pada strategi PBL?
4.
Apa yang dilakukan guru dan peserta didik dalam
langkah-langkah tahap I mengorientasikan peserta didik terhadap masalah dalam strategi PBL ?
5.
Bentuk Penilaian apa yang cocok dalam penilaian PBL?
F. Rangkuman
Pembelajaran berbasis masalah (PBM) adalah suatu strategi
pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi Peserta
didik untuk belajar tentang cara berfikir kritis dan ketrampilan pemecahan
masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari
materi pelajaran. Pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merangsang
berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah. Untuk mencapai hal
ini, guru membantu Peserta didik secara kritis mengidentifikasi
informasi dan strategi yang relevan dan sumber belajar yang relevan untuk
melakukan penyelidikan dalam menyelesaikan masalah tersebut. Dalam
mengembangkan keterampilan ini, kerjasama antar peserta didik secara
berpasangan atau berkelompok diperlukan untuk mengidentifikasi informasi
dan strategi yang relevan dan sumber belajar yang relevan untuk menyelesaikan
masalah yang mereka temukan. Oleh karenanya, PBM merupakan pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik (student-centered),
sementara guru berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi peserta didik
untuk secara aktif menyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya.
G. Refleksi
Setelah Anda menelaah konsep dan
penerapan PBM di dalam kelas, harap jawab pertanyaan-pertanyaan di bawah ini:
1. Hal-hal apa saja yang dapat saudara
lakukan tekait dengan materi ini?
2. Pengalaman baru apa yang saudara peroleh
dari materi ini?
3. Manfaat apa saja yang saudara peroleh
dari materi ini?
4. Aspek menarik apa saja yang saudara
temukan dalam materi ini?
5. Apa rencana yang akan saudara lakukan
untuk menerapkan materi ini?
Daftar Pustaka
Barrows,
H.S. 1996. “Problem-based learning in medicine and
beyond: A brief overview” Dalam Bringing problem-based learning to higher
education: Theory and Practice (hal 3-12).
San Francisco: Jossey-Bass.
Delisle, R. (1997). How to Use Problem_Based Learning In
the Classroom. Alexandria, Virginia USA: ASCD.
Gijselaers,
W.H. 1996. “Connecting problem-based
practices with educational theory.” Dalam Bringing problem-based learning to
higher education: Theory and Practice (hal 13-21). San Francisco: Jossey-Bass.
Nur,
M. 2011. Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
Surabaya: PSMS Unesa.
Tim
Sertifikasi Unesa. 2010. Modul Pembelajaran
Inovatif. Surabaya: PLPG Unesa.
Arend, R.I.
2001. Learning to Teach, 5th
Ed. Boston: McGraw-Hill Company, Inc.
Baldwin, A.L. 1967. Theories of Child Development. New York: John Wiley & Sons.
Carin, A.A. & Sund,
R.B. 1975. Teaching Science trough Discovery,
3rd Ed. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company.
Carin, A.A. 1993. Teaching Science
Through Discovery. ( 7th. ed. ) New York: Maxwell Macmillan International.
Muller,
U., Carpendale, J.I.M., Smith, L. 2009. The Cambridge Companion to PIAGET.
Cambridge University Press.
Nur, M. 1998. Teori-teori Perkembangan.
Surabaya: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Nur, M. & Wikandari, P.R. 2000. Pengajaran
Berpusat Kepada Siswa Dan Pendekatan Konstruktivis Dalam Pengajaran.
Surabaya : Universitas Negeri Surabaya University Press.
Osborne, R.J. & Wittrock, M.C. 1985. Learning
Science: A Generative Process, Science
Education, 64, 4: 489-503.
Sund, R.B. &
Trowbridge, L.W. 1973. Teaching Science
by Inquiry in the Secondary School, 3rd Ed. Columbus: Charles E.
Merrill Publishing Company.
Sutherland, P. 1992. Cognitive
Development Today: Piaget and his Critics. London: Paul Chapman Publishing
Ltd.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar