KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas
rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pelarut
Anorganik”. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kimia Anorganik 1 semester 3.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan
materi ini tidak lain berkat bantuan dan dorongan berbagai pihak. Tak lupa
penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abdul Majid, S.Si., M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Kimia Anorganik 1 yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam pembuatan
makalah ini.
Penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada
teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Akhir kata penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang
membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat
tercapai, Amin.
Samarinda, September 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar............................................................................................... 1
Daftar isi......................................................................................................... 2
BAB I
PENDAHULUAN............................................................................. 3
1.1 Latar
Belakang.................................................................................. 3
1.2 Rumusan
Masalah.............................................................................. 3
1.3 Tujuan
…………………………………………………………..…..4
1.4 Manfaat
……………………………………………………………..4
BAB II
PEMBAHASAN.............................................................................. 5
2.1 Pengertian Pelarut...............................................................................5
2.2 Pelarut Anorganik.............................................................................. 6
2.3 Sifat-Sifat Pelarut Anorganik............................................................ 6
2.4 Jenis Pelarut Anorganik………….………………………………….7
BAB III PENUTUP…………………………………………………………9
A.
Kesimpulan......................................................................................... 9
B. Saran................................................................................................... 9
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air telah lama dikenal sebagai pelarut universal. Pengakuan
ini disebabkan oleh keberadaan air yang berlimpah di muka bumi dengan sifat dan
karakteristiknya. Tidak ada pelarut lain yang memiliki fungsi serba guna
sebagai pelarut dan ketersediaannya yang sama jumlahnya dengan air. Tidak ada
juga penjelasan secara rinci tentang pelarut lain yang membahas berbagai
karakteristik sifat fisik dan kimia selain pelarut air. Hal ini menyebabkan
banyaknya alasan untuk memposisikan air sebagai pelarut yang luar biasa
diantara pelarut lain.
Banyak diantaranya zat lain yang memiliki sifat pelarut
sama, tetapi harus diakui bahwa sifat seperti itu biasanya tidak begitu jelas
seperti di dalam air. Perbedaan antara pelarut air dengan pelarut tertentu
lainnya lebih sering terletak pada perbedaan tetapan dielektriknya daripada
perbedaan sifat. Hal ini dapat dilihat pada jenis pelarut bukan air seperti BrF3,
N2O4, NH3, dan HF. Telah banyak
dijumpai beberapa cairan yang memiliki kemampuan untuk melarutkan zat. Namun,
pelarut jenis apapun itu hal yang lebih penting adalah mekanisme saat reaksi
ion berlangsung sehingga pelarut itu dapat melarutkan suatu zat.
Pelarut adalah media untuk proses ionisasi yang memiliki
sifat dan itu adalah sifat dasar dari setiap jenis pelarut. Pelarut berdasarkan
jenisnya terbagi menjadi tiga macam, yaitu pelarut air, pelarut organik, dan
pelarut anorganik.
Dari ketiga pelarut tersebut
memiliki karakteristik masing-masing. Pelarut air merupakan pelarut umum yang
sering digunakan dalam melarutkan unsur dan senyawa. Pelarut organik yang
umumya bersifat non polar dan Pelarut anorganik yang non polar. Oleh karena itu, agar lebih memahami tentang pelarut
khusunya anorganik, maka disusunlah makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penyusunan
makalah ini adalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan pelarut
?
2. Apakah yang dimaksud dengan pelarut
anorganik ?
3. Bagimanakah sifat-sifat pelarut anorganik ?
4. Apa jenis atau contoh pelarut anorganik ?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari
pelarut
2. Untuk mengetahui pengertian pelarut
anorganik
3. Untuk mengetahui sifat-sifat dari pelarut
4. Untuk mengetahui jenis atau contoh dari pelarut
anorganik
1.4 Manfaat
1.
Agar mengetahui
pengertian dari pelarut
2.
Agar mengetahui pengertian pelarut anorganik
3.
Agar mengetahui sifat-sifat dari pelarut anorganik
4.
Agar mengetahui jenis atau contoh dari pelarut
anorganik
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pelarut
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat,
cair atau gas, yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan
dalam kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah bahan kimia
anorganik biasanya disebut pelarut anorganik.
Konsentrasi larutan menyatakan secara
kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi
umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total
zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah
pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif,
komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah)
atau pekat (berkonsentrasi tinggi).
Molekul
komponen-komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Pada
proses pelarutan, tarikan antarpartikel komponen murni terpecah dan tergantikan
dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan zat terlarut sama-sama polar, akan terbentuk suatu sruktur zat
pelarut mengelilingi zat terlarut. Hal ini memungkinkan interaksi antara zat
terlarut dan pelarut tetap stabil.
Bila
komponen zat terlarut ditambahkan terus-menerus ke dalam pelarut, maka tidak
akan dapat larut lagi. Misalnya, jika zat terlarutnya berupa padatan dan
pelarutnya berupa cairan, pada suatu titik padatan tersebut tidak dapat larut
lagi dan terbentuklah endapan. Jumlah zat terlarut dalam larutan tersebut
adalah maksimal, dan larutannya disebut sebagai larutan jenuh.
Titik
tercapainya keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor
lingkungan, seperti suhu, tekanan, dan kontaminasi. Secara umum, kelarutan suatu zat
(yaitu jumlah suatu zat yang dapat terlarut dalam pelarut tertentu) sebanding
terhadap suhu. Hal ini terutama berlaku pada zat padat, walaupun ada
perkecualian. Kelarutan zat cair dalam zat cair lainnya secara umum kurang peka
terhadap suhu daripada kelarutan padatan atau gas dalam zat cair. Kelarutan gas
dalam air umumnya berbanding terbalik terhadap suhu.
2.2
Pelarut Anorganik
Pelarut
anorganik adalah pelarut selain air yang bukan merupakan senyawa
organik. Contoh umum adalah cairan amonia, cairan sulfur dioksida, klorida dan
fluoride sulfuryl, klorida fosforil, tetroksida dinitrogen, antimontriklorida, pentafluorida bromin,
hydrogen fluorida, asam sulfat murni,
dan asam-asam anorganik lain. Walaupun tidak sesempurna pelarut air dalam hal
sifat dan karakteristik, tetapi pelarut-pelarut ini sering digunakan dalam
penelitian kimia dan industri untuk reaksi yang tidak dapat terjadi
dalam larutan air atau yang membutuhkan lingkungan khusus.
Dan memiliki ciri-ciri pelarut yang
membedakan sebagai berikut :
1.
memiliki harga
b.p yang lebih rendah (-350C) dan memiliki daerah fase cair yang
lebih pendek dibandingkan air (m.p = -780 C) sehingga penggunaannya
relatif terbatas.
2.
memiliki konstanta dielektrikum lebih rendah
sehingga kurang mampu melarutkan senyawa ionik. Sebagai contoh KCl hanya
terdisosiasi 30% pada pelarut amoniak sedangkan pada pelarut air 100%
terdisosiasi.
3.
Dibandingkan dengan air, pelarut anorganik memiliki
kemampuan lebih rendah untuk memprotonasi solute atau pelarut anorganik lebih
bersifat basa dibandingkan air.
2.3
Sifat-Sifat Pelarut Anorganik
Solven pengion adalah solven atau pelarut dimana
spesies ionic menjadi stabil, yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1. Pelarut
Anorganik memisahkan diri ke dalam ion-ion murni sehingga memmpunyai konduktor
elektrisitas lemah.
2. Pelarut
Anorganik biasanya adalah molekul polar yang dapat mensolvasi ion-ion menjadi
interaksi ion dipole dan melemahkan, daya tarik antar ion yang ada dalam
Kristal padatan.
3. Pelarut
Anorganik mempunyai konstanta dielektrik tinggi (momen dipole tergantung pada
jarak antara ujung muatan yang berlawanan dalam suatu molekul, sedangkan
konstanta dielektrik tergantung pada tingkat orientasi antar molekul itu
sendiri dalam medan listrik untuk merusak medan)
4. Pelarut
Anorganik cenderung untuk berasosiasi karena adanya interaksi dipol-dipol.
Asosiasi ini lebih banyak dalam so;lven protonik karena adanya ikatan hydrogen
dan mengarah ke titik didih yang lebih tinggi sehingga meningkatkan ranah
larutan
5. Pelarut
Anorganik seharusnya tersedia dengan mudah dan harus mempunyai ranah (range)
cairan yang cukup baik
2.4
Jenis Pelarut Anorganik
1.
Amonia (NH3)
Selain
air, amonia juga sebagai pelarut yang digunakan untuk reaksi kimia, dipastikan
bahwa pengklasifikasi pada reaksi yang menggunakan pelarut amonia memiliki
kemiripan dengan air. Ada beberapa reaksi yang dapat dilakukan dengan
menggunakan amonia, yaitu dengan cara Reaksi asam dan basa,
Reaksi Pembentukan/mempercepat reaksi, dan Reaksi Penguraian.
2.
Bromin
Trifluorida (BrF3)
Bromin
Trifluorida adalah pelarut anorganik pengion yang kuat dan merupakan padatan
berwarna kuning yang memiliki titik beku pada suhu 90C serta titik didih 1260C. BrF3
hanya terdapat pada pelarut aprotik untuk dipostulasikan secara ionisasi pada
BrF3 yang didukung oleh isolasi dan karakterisasi dengan difraksi
sinar-X asam dan basa, dan menggunakan titrasi konduktimetrik
pada BrF3. Konduktifitas tertentu dari BrF3 adalah 8 x 10-3
ohm-1 cm-1 pada
250C. Permitivitas relatif sekitar 107. Proses ionisasi terjadi
sesuai dengan persamaan sebagai berikut :
3.
Dinitrogen
Tetroksida (N2O4)
Pelarut N2O4
adalah pelarut aprotik non-air yang memiliki titik lebur -120C-210C
dan permitivitas relatif hanya 2,4 (sehingga merupakan pelarut yang buruk untuk
sebagian besar senyawa anorganik). Reaksi persamaan asam-basa dari pelarut N2O4
adalah :
(asam) (basa)
4.
Hidrogen
Fluorida (HF)
Hidrogen
fluorida, HF, adalah gas tak bewarna, berasap, bertitik didih rendah (mp -83o C
dan bp 19.5o C), dengan bau yang mengiritasi. Gas ini biasa digunakan untuk
mempreparasi senyawa anorganik dan organik yang mengandung fluor. Karena permitivitasnya yang tinggi,
senyawa ini dapat digunakan sebagai pelarut
non-air yang khusus. Larutan dalam air gas ini disebut asam fluorat dan
disimpan dalam wadah polietilen karena asam ini menyerang gelas.
5.
Asam sulfat
Lebih
tingginya konstanta dielektrik asam sulfat (€r = 100 ± 10) seharusnya
menyebabkan asam sulfat lebih baik dari pada air untuk melarutkan solute ionic,
tetapi tingginya visikositas (245,4 milipoise, kira-kira 25 x dibanding air)
menyebabkan kelarutan dan kristalisasi solute merupakan proses yang lambat.
Demikian juga adanya kesulitan untuk memindahkan solven yang menempel pada
kristal.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pelarut adalah benda cair atau gas yang
melarutkan benda padat, cair atau gas, yang menghasilkan sebuah larutan.
Pelarut paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum
digunakan adalah bahan kimia anorganik biasanya disebut pelarut anorganik.
Pelarut anorganik adalah
pelarut selain air yang bukan merupakan senyawa organik. Dan sering digunakan
dalam penelitian kimia dan industri untuk reaksi yang tidak dapat
terjadi dalam larutan air atau yang membutuhkan lingkungan khusus.
Sifat-sifat pelarut anorganik ialah memmpunyai
konduktor elektrisitas lemah, dapat mensolvasi ion-ion menjadi interaksi ion
dipole, mempunyai konstanta dielektrik tinggi (momen dipole tergantung pada
jarak antara ujung muatan yang berlawanan dalam suatu molekul), dan cenderung
untuk berasosiasi karena adanya interaksi dipol-dipol.
Jenis
pelarut Anorganik ialah Amonia (NH3), Bromin
Trifluorida (BrF3), Dinitrogen Tetroksida (N2O4),
Hidrogen Fluorida (HF) , Asam sulfat dan masih banyak yang lainnya.
3.2 Penutup
Demikianlah
makalah ini disusun. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikannya
dengan tepat waktu. Dalam makalah ini masih
banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun untuk makalah ini agar dapat menjadi
acuan dalam materi kimia anorganik selanjutnya dan penulis mengucapkan terima
kasih.
DAFTAR
PUSTAKA
Albert, C. F. dan
Wilkinson, G., 1989,Kimia Anorganik Dasar, Universitas Indonesia Press:
Jakarta, 203-205.
Cotton F.A dan G. Wilkinson., 1989, Kimia
Anorganik Dasar, UI-Press:
Jakarta
Svehla, 1979, Buku Ajar Vogel: Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan
Semimikro, PT Kalman Media Pusaka :Jakarta.
Anonim, 2013, Jenis Pelarut,http://santrinitas.wordpress.com. Di akses pada 14
Oktober 2014 di Samarinda
Anonim, 2013, Materi Kimia Kelas X Asam Basa. di alamat http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/asam-basa/ Di akses pada tanggal 14 Oktober 2014 di Samarinda
Vika, susanti, 2013, Utama Bahan Ajar, Kuliah,http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_webml. Di akses pada tanggal 9 Oktober 2014 di Samarinda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar