Senin, 27 Oktober 2014

MAKALAH PELARUT ANORGANIK

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Pelarut Anorganik”. Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Anorganik 1 semester 3.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan dan dorongan berbagai pihak. Tak lupa penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Abdul Majid, S.Si., M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Kimia Anorganik 1 yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam pembuatan makalah ini.
Penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
            Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amin.
                                                          

                                                                                            Samarinda, September 2014                                             

          Penulis





DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... 1
Daftar isi......................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 3
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 3
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................. 3
1.3 Tujuan …………………………………………………………..…..4
1.4 Manfaat ……………………………………………………………..4
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 5
2.1 Pengertian Pelarut...............................................................................5
2.2 Pelarut Anorganik.............................................................................. 6
2.3 Sifat-Sifat Pelarut Anorganik............................................................ 6
2.4 Jenis Pelarut Anorganik………….………………………………….7
BAB III  PENUTUP…………………………………………………………9
A. Kesimpulan......................................................................................... 9
B. Saran................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 10




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Air telah lama dikenal sebagai pelarut universal. Pengakuan ini disebabkan oleh keberadaan air yang berlimpah di muka bumi dengan sifat dan karakteristiknya. Tidak ada pelarut lain yang memiliki fungsi serba guna sebagai pelarut dan ketersediaannya yang sama jumlahnya dengan air. Tidak ada juga penjelasan secara rinci tentang pelarut lain yang membahas berbagai karakteristik sifat fisik dan kimia selain pelarut air. Hal ini menyebabkan banyaknya alasan untuk memposisikan air sebagai pelarut yang luar biasa diantara pelarut lain.
Banyak diantaranya zat lain yang memiliki sifat pelarut sama, tetapi harus diakui bahwa sifat seperti itu biasanya tidak begitu jelas seperti di dalam air. Perbedaan antara pelarut air dengan pelarut tertentu lainnya lebih sering terletak pada perbedaan tetapan dielektriknya daripada perbedaan sifat. Hal ini dapat dilihat pada jenis pelarut bukan air seperti BrF3, N2O4, NH3, dan HF. Telah banyak dijumpai beberapa cairan yang memiliki kemampuan untuk melarutkan zat. Namun, pelarut jenis apapun itu hal yang lebih penting adalah mekanisme saat reaksi ion berlangsung sehingga pelarut itu dapat melarutkan suatu zat.
Pelarut adalah media untuk proses ionisasi yang memiliki sifat dan itu adalah sifat dasar dari setiap jenis pelarut. Pelarut berdasarkan jenisnya terbagi menjadi tiga macam, yaitu pelarut air, pelarut organik, dan pelarut anorganik.
Dari ketiga pelarut tersebut memiliki karakteristik masing-masing. Pelarut air merupakan pelarut umum yang sering digunakan dalam melarutkan unsur dan senyawa. Pelarut organik yang umumya bersifat non polar dan Pelarut anorganik yang non polar. Oleh karena itu, agar lebih memahami tentang pelarut khusunya anorganik, maka disusunlah makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penyusunan makalah ini adalah :
1.      Apakah yang dimaksud dengan pelarut ?
2.      Apakah yang dimaksud dengan pelarut anorganik ?
3.      Bagimanakah sifat-sifat pelarut anorganik ?
4.      Apa jenis atau contoh pelarut anorganik ?


1.3  Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui pengertian dari pelarut
2.      Untuk mengetahui pengertian pelarut anorganik
3.      Untuk mengetahui sifat-sifat dari pelarut
4.      Untuk mengetahui jenis atau contoh dari pelarut anorganik

1.4  Manfaat
1.      Agar mengetahui pengertian dari pelarut
2.      Agar mengetahui pengertian pelarut anorganik
3.      Agar mengetahui sifat-sifat dari pelarut anorganik
4.      Agar mengetahui jenis atau contoh dari pelarut anorganik





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pelarut
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas, yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah bahan kimia anorganik biasanya disebut pelarut anorganik.
Konsentrasi larutan menyatakan secara kuantitatif komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi umumnya dinyatakan dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah total zat dalam larutan, atau dalam perbandingan jumlah zat terlarut dengan jumlah pelarut. Contoh beberapa satuan konsentrasi adalah molar, molal, dan bagian per juta (part per million, ppm). Sementara itu, secara kualitatif, komposisi larutan dapat dinyatakan sebagai encer (berkonsentrasi rendah) atau pekat (berkonsentrasi tinggi).
Molekul komponen-komponen larutan berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Pada proses pelarutan, tarikan antarpartikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan zat terlarut sama-sama polar, akan terbentuk suatu sruktur zat pelarut mengelilingi zat terlarut. Hal ini memungkinkan interaksi antara zat terlarut dan pelarut tetap stabil.
Bila komponen zat terlarut ditambahkan terus-menerus ke dalam pelarut, maka tidak akan dapat larut lagi. Misalnya, jika zat terlarutnya berupa padatan dan pelarutnya berupa cairan, pada suatu titik padatan tersebut tidak dapat larut lagi dan terbentuklah endapan. Jumlah zat terlarut dalam larutan tersebut adalah maksimal, dan larutannya disebut sebagai larutan jenuh.
Titik tercapainya keadaan jenuh larutan sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, seperti suhu, tekanan, dan kontaminasi. Secara umum, kelarutan suatu zat (yaitu jumlah suatu zat yang dapat terlarut dalam pelarut tertentu) sebanding terhadap suhu. Hal ini terutama berlaku pada zat padat, walaupun ada perkecualian. Kelarutan zat cair dalam zat cair lainnya secara umum kurang peka terhadap suhu daripada kelarutan padatan atau gas dalam zat cair. Kelarutan gas dalam air umumnya berbanding terbalik terhadap suhu.

2.2 Pelarut Anorganik
Pelarut  anorganik adalah pelarut selain air yang bukan merupakan senyawa organik. Contoh umum adalah cairan amonia, cairan sulfur dioksida, klorida dan fluoride sulfuryl, klorida fosforil, tetroksida           dinitrogen, antimontriklorida, pentafluorida bromin, hydrogen fluorida,      asam sulfat murni, dan asam-asam anorganik lain. Walaupun tidak sesempurna pelarut air dalam hal sifat dan karakteristik, tetapi pelarut-pelarut ini sering digunakan dalam penelitian kimia dan industri untuk reaksi yang tidak dapat terjadi dalam larutan air atau yang membutuhkan lingkungan khusus.
Dan memiliki ciri-ciri pelarut yang membedakan sebagai berikut :
1.      memiliki harga b.p yang lebih rendah (-350C) dan memiliki daerah fase cair yang lebih pendek dibandingkan air (m.p = -780 C) sehingga penggunaannya relatif terbatas.
2.     memiliki konstanta dielektrikum lebih rendah sehingga kurang mampu melarutkan senyawa ionik. Sebagai contoh KCl hanya terdisosiasi 30% pada pelarut amoniak sedangkan pada pelarut air 100% terdisosiasi.
3.      Dibandingkan dengan air, pelarut anorganik memiliki kemampuan lebih rendah untuk memprotonasi solute atau pelarut anorganik lebih bersifat basa dibandingkan air.

2.3 Sifat-Sifat Pelarut Anorganik
Solven pengion adalah solven atau pelarut dimana spesies ionic menjadi stabil, yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
1.    Pelarut Anorganik memisahkan diri ke dalam ion-ion murni sehingga memmpunyai konduktor elektrisitas lemah.
2.    Pelarut Anorganik biasanya adalah molekul polar yang dapat mensolvasi ion-ion menjadi interaksi ion dipole dan melemahkan, daya tarik antar ion yang ada dalam Kristal padatan.
3.    Pelarut Anorganik mempunyai konstanta dielektrik tinggi (momen dipole tergantung pada jarak antara ujung muatan yang berlawanan dalam suatu molekul, sedangkan konstanta dielektrik tergantung pada tingkat orientasi antar molekul itu sendiri dalam medan listrik untuk merusak medan)
4.    Pelarut Anorganik cenderung untuk berasosiasi karena adanya interaksi dipol-dipol. Asosiasi ini lebih banyak dalam so;lven protonik karena adanya ikatan hydrogen dan mengarah ke titik didih yang lebih tinggi sehingga meningkatkan ranah larutan
5.    Pelarut Anorganik seharusnya tersedia dengan mudah dan harus mempunyai ranah (range) cairan yang cukup baik
2.4 Jenis Pelarut Anorganik
1.      Amonia (NH3)
Selain air, amonia juga sebagai pelarut yang digunakan untuk reaksi kimia, dipastikan bahwa pengklasifikasi pada reaksi yang menggunakan pelarut amonia memiliki kemiripan dengan air. Ada beberapa reaksi yang dapat dilakukan dengan menggunakan amonia, yaitu dengan cara Reaksi asam dan basa, Reaksi Pembentukan/mempercepat reaksi, dan Reaksi Penguraian.
2.      Bromin Trifluorida (BrF3)
Bromin Trifluorida adalah pelarut anorganik pengion yang kuat dan merupakan padatan berwarna kuning yang memiliki titik beku pada suhu 90C         serta titik didih 1260C. BrF3 hanya terdapat pada pelarut aprotik untuk dipostulasikan secara ionisasi pada BrF3 yang didukung oleh isolasi dan karakterisasi dengan difraksi sinar-X asam dan basa, dan menggunakan titrasi       konduktimetrik pada BrF3. Konduktifitas tertentu dari BrF3 adalah 8 x 10-3    ohm-1 cm-1 pada 250C. Permitivitas relatif sekitar 107. Proses ionisasi terjadi sesuai dengan persamaan sebagai berikut :
                                            2BrF3                BrF2+ + BrF4-
3.      Dinitrogen Tetroksida (N2O4)
Pelarut N2O4 adalah pelarut aprotik non-air yang memiliki titik lebur -120C-210C dan permitivitas relatif hanya 2,4 (sehingga merupakan pelarut yang buruk untuk sebagian besar senyawa anorganik). Reaksi persamaan asam-basa dari pelarut N2O4 adalah :
N2O4                 NO(nitrosonium)  +  NO3- (nitrat)
                           (asam)                   (basa)
4.                  Hidrogen Fluorida (HF)
Hidrogen fluorida, HF, adalah gas tak bewarna, berasap, bertitik didih rendah (mp -83o C dan bp 19.5o C), dengan bau yang mengiritasi. Gas ini biasa digunakan untuk mempreparasi senyawa anorganik dan organik yang mengandung      fluor. Karena permitivitasnya yang tinggi, senyawa ini dapat digunakan sebagai pelarut  non-air yang khusus. Larutan dalam air gas ini disebut asam fluorat dan disimpan dalam wadah polietilen karena asam ini menyerang gelas.

5.      Asam sulfat
Lebih tingginya konstanta dielektrik asam sulfat (€r = 100 ± 10) seharusnya menyebabkan asam sulfat lebih baik dari pada air untuk melarutkan solute ionic, tetapi tingginya visikositas (245,4 milipoise, kira-kira 25 x dibanding air) menyebabkan kelarutan dan kristalisasi solute merupakan proses yang lambat. Demikian juga adanya kesulitan untuk memindahkan solven yang menempel pada kristal.



  







BAB III
PENUTUP


3.1  Kesimpulan
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas, yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah bahan kimia anorganik biasanya disebut pelarut anorganik.
Pelarut  anorganik adalah pelarut selain air yang bukan merupakan senyawa organik. Dan sering digunakan dalam penelitian kimia dan industri untuk reaksi yang tidak dapat terjadi dalam larutan air atau yang membutuhkan lingkungan khusus.
Sifat-sifat pelarut anorganik ialah memmpunyai konduktor elektrisitas lemah, dapat mensolvasi ion-ion menjadi interaksi ion dipole, mempunyai konstanta dielektrik tinggi (momen dipole tergantung pada jarak antara ujung muatan yang berlawanan dalam suatu molekul), dan cenderung untuk berasosiasi karena adanya interaksi dipol-dipol.
Jenis pelarut Anorganik ialah Amonia (NH3), Bromin Trifluorida (BrF3), Dinitrogen Tetroksida (N2O4), Hidrogen Fluorida (HF) , Asam sulfat dan masih banyak yang lainnya.
3.2  Penutup
Demikianlah makalah ini disusun. Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikannya dengan tepat waktu. Dalam makalah ini      masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun untuk makalah ini agar dapat menjadi acuan dalam materi kimia anorganik selanjutnya dan penulis mengucapkan terima kasih.




DAFTAR PUSTAKA



Albert, C. F. dan Wilkinson, G., 1989,Kimia Anorganik Dasar, Universitas Indonesia Press: Jakarta, 203-205.

Cotton F.A dan G. Wilkinson., 1989, Kimia Anorganik Dasar, UI-Press: Jakarta

Svehla, 1979, Buku Ajar Vogel: Analisis Anorganik Kuantitatif Makro dan Semimikro, PT Kalman Media Pusaka :Jakarta.

Anonim, 2013, Jenis Pelarut,http://santrinitas.wordpress.com. Di akses pada 14 Oktober 2014 di Samarinda

Anonim, 2013, Materi Kimia Kelas X  Asam Basa. di alamat http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_x/asam-basa/ Di akses pada tanggal 14 Oktober 2014 di Samarinda

Vika, susanti, 2013, Utama Bahan Ajar, Kuliah,http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_webml. Di akses pada tanggal 9 Oktober 2014 di Samarinda


Tidak ada komentar:

Posting Komentar